Wahai Para Ayah, Belajarlah dari Luqman!
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Alquran menuturkan keteladanan sejumlah tokoh. Seorang di antaranya adalah Luqman atau kerap disebut Luqman al-Hakim. Tokoh ini diceritakan dalam Alquran karena kearifannya dalam mendidik anak. Sebagian pakar tafsir...
![Wahai Para Ayah, Belajarlah dari Luqman!](https://static.republika.co.id/uploads/images/inpicture_slide/alquran_231015185020-551.jpeg)
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Alquran menuturkan keteladanan sejumlah tokoh. Seorang di antaranya adalah atau kerap disebut Luqman al-Hakim.
Tokoh ini diceritakan dalam karena kearifannya dalam mendidik anak. Sebagian pakar tafsir dan ahli sejarah meyakini, Luqman adalah seorang hamba Allah berkulit hitam. Tak hanya saleh, ia pun merupakan ahli hikmah.
"Dan sungguh telah Kami berikan kepada Luqman yaitu, 'Bersyukurlah kepada Allah. Dan barang siapa bersyukur (kepada Allah), maka sesungguhnya dia bersyukur untuk dirinya sendiri, dan barang siapa tidak bersyukur (kufur) maka sesungguhnya Allah Mahakaya lagi Maha Terpuji'" (QS Luqman: 12).
Ayat tersebut menunjukkan Luqman kepada anaknya. Ia mengingatkan, betapa Allah Mahakaya, tidak memerlukan hamba-hamba-Nya. Allah tidak kekurangan meski manusia tidak mensyukuri nikmat-nikmat-Nya.
Seandainya semua penduduk bumi ingkar kepada nikmat-Nya, sesungguhnya Dia tidak bergantung pada apa pun makhluk-Nya. Tidak ada Tuhan selain Dia. Setiap makhluk bergantung kepada-Nya.
"Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, ketika dia memberi pelajaran kepadanya, 'Wahai anakku! Janganlah engkau mempersekutukan Allah. Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar kezaliman yang besar.'" (QS Luqman: 13).
Syirik pada hakikatnya adalah merendahkan martabat Allah. Syirik menyetarakan Allah dengan makhluk. Betapa dalam makna nasihat Luqman pada anaknya yang mengajarkan agar jangan menyekutukan Allah.
Dr Adian Husaini dalam buku Pendidikan Islam menjelaskan, inilah adab yang pertama kali harus ditanamkan oleh seorang kepada anaknya. Yakni, adab kepada Allah SWT.
"Dan Kami perintahkan kepada manusia (agar berbuat baik) kepada kedua orang tuanya. Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam usia dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada orang tuamu. Hanya kepada-Ku kembalimu." (QS Luqman: 14).
Setelah itu, Luqman menasihati agar anaknya beradab kepada orang tua, khususnya kepada ibunya. Itu dilakukan tanpa meninggalkan adab yang pertama.
"Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan Aku (Allah) dengan sesuatu yang engkau tidak mempunyai ilmu tentang itu, maka janganlah engkau menaati keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku. Kemudian hanyalah kepada-Ku tempat kembalimu, maka akan Aku beritahukan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan." (QS Luqman: 15).
Dalam rangkaian pelajaran mengenai akidah, ada bab toleransi yang harus selalu dipatuhi oleh seorang meski orang tuanya bukanlah Muslim. Meski anak itu dilarang untuk menaati keduanya jika memaksa mempersekutukan Allah, hubungannya dengan jangan sampai rusak.
Loading...