Wall Street Menguat Didorong Saham Teknologi, Saham Baja dan Alumunium Melonjak
Indeks Wall Street di Amerika Serikat (AS) naik pada perdagangan Senin (10/2) didorong oleh kinerja positif saham-saham teknologi raksasa di awal pekan.
Indeks Wall Street di Amerika Serikat (AS) naik pada perdagangan Senin (10/2) didorong oleh kinerja positif saham-saham teknologi raksasa di awal pekan. Tak hanya itu, kenaikan tersebut juga karena investor mengabaikan kekhawatiran terkait ancaman tarif baru dari Presiden Donald Trump.
Dow Jones Industrial Average menguat 167,01 poin atau 0,38%, didorong oleh kenaikan 4,8% pada saham McDonald's, dan ditutup di level 44.470,41. Lalu S&P 500 tumbuh 0,67% menjadi 6.066,44, dan Nasdaq Composite menguat 0,98% ke 19.714,27.
Di samping itu pasar tetap waspada di tengah kekhawatiran terhadap inflasi serta potensi dampak negatif dari rencana tarif yang diumumkan Presiden Donald Trump terhadap perekonomian AS.
Pada Minggu (9/2), Trump menyebut bakal mengumumkan tarif 25% untuk semua impor baja dan aluminium pada Senin, meskipun waktu penerapannya belum dirincikan. Ia juga menambahkan tarif pembalasan akan dikenakan pada negara-negara yang menerapkan pajak impor terhadap AS. Pernyataan ini muncul usai sebelumnya Trump mengumumkan tarif impor terhadap Cina.
Saham-saham baja dan aluminium juga turut melonjak. U.S. Steel dan Nucor masing-masing melesat 4,8% dan 5,6%, sementara Cleveland-Cliffs melesat hampir 18%, dan Alcoa ditutup 2,2% lebih tinggi.
Tak hanya itu saham produsen chip juga menguat seiring pulihnya sentimen pasar. Hal itu usai sektor teknologi mengalami aksi jual pada akhir Januari 2025 akibat kekhawatiran investor terhadap kemunculan startup AI asal Cina, DeepSeek.
Saham Nvidia naik 2,9%, sementara Broadcom dan Micron masing-masing menguat 4,5% dan 3,9%. Saham raksasa teknologi seperti Alphabet, Amazon, dan Microsoft juga mencatatkan kenaikan.
Kepala Strategi Aset JPMorgan, Fabio Bassi, mengatakan bahwa meskipun volatilitas saham imbas adanya DeepSeek dan kekhawatiran tarif meningkat, JP Morgan tetap optimistis terhadap aset berisiko, khususnya di AS. Dalam jangka pendek, Bassi mengatakan volatilitas diperkirakan masih akan berlanjut akibat perkembangan berita tarif dan kemungkinan pengesahan RUU April di AS.
“Tetapi kami mempertahankan 6.500 sebagai target akhir tahun S&P 500,” kata Bassi dikutip CNBC, Selasa (11/2).
Ancaman kenaikan tarif ini muncul menjelang rilis sejumlah data ekonomi pekan ini. Laporan indeks harga konsumen (IHK) untuk Januari dijadwalkan pada Rabu (12/2) pukul 08.30 WIB, disusul dengan klaim pengangguran mingguan awal dan indeks harga produsen pada Kamis. Sementara itu, Ketua Federal Reserve Jerome Powell dijadwalkan memberikan pernyataan di hadapan Kongres pada Selasa pagi.