Benarkah Orang yang Belum menikah Rentan Mengalami Depresi?
Penelitian ini mengungkap faktor risiko tertentu yang menyebabkan depresi pada para lajang atau yang belum menikah.
![Benarkah Orang yang Belum menikah Rentan Mengalami Depresi?](https://statik.tempo.co/data/2016/11/20/id_557652/557652_620.jpg?rand=2)
CANTIKA.COM, Jakarta - merupakan penyakit mental utama yang merajalela di seluruh dunia, menimbulkan risiko fatal bagi kehidupan dengan upaya menyakiti diri sendiri dan bunuh diri. Depresi juga menyebabkan komplikasi kesehatan serius seperti penyakit jantung dan kecacatan, yang memengaruhi kesejahteraan mental dan fisik. Mengingat beban globalnya yang sangat serius, komunitas ilmiah terus meneliti berbagai faktor yang berkontribusi untuk mengembangkan pengobatan dan tindakan pencegahan yang efektif.
Sebuah studi yang dipublikasikan di Nature Human Behaviour mengidentifikasi salah satu faktor tersebut, yaitu status perkawinan. Studi tersebut menemukan bahwa gejala depresi dipengaruhi oleh status perkawinan, dengan individu yang , termasuk mereka yang lajang, bercerai, berpisah, atau janda/duda, memiliki risiko lebih tinggi. Orang-orang ini mengalami gejala depresi jauh lebih banyak dibandingkan dengan mereka yang sudah menikah.
Memahami hubungan antara dan depresi
Studi ini menganalisis sejumlah besar data, menilai partisipan di berbagai negara, termasuk Amerika Serikat, Inggris, Tiongkok, Korea, dan Meksiko. Temuan tersebut dengan jelas menunjukkan kemungkinan lebih tinggi terjadinya gejala depresi di kalangan individu yang belum menikah. Studi lintas budaya berskala besar ini memberikan pemahaman yang komprehensif tentang hubungan antara pernikahan dan depresi.
Di luar temuan umum ini, penelitian ini juga mengeksplorasi nuansa yang lebih dalam, dengan memeriksa faktor-faktor spesifik yang berkontribusi terhadap risiko depresi. Besarnya risiko bergantung pada beberapa faktor risiko individu.
Mengapa orang yang belum menikah lebih mungkin mengalami depresi?
Beberapa faktor menyebabkan depresi pada orang lajang, menunjukkan bahwa hal itu berasal dari alasan yang beragam.
Yang pertama adalah perbedaan gender, di mana pria yang belum menikah lebih rentan terhadap gejala depresi daripada wanita yang belum menikah. Para peneliti mengungkapkan bahwa hal ini dapat disebabkan oleh rendahnya jaringan dukungan sosial di antara pria dan tekanan sosial yang mereka hadapi terkait pernikahan dan stabilitas keuangan.
Faktor kedua adalah latar belakang pendidikan. Ironisnya, semakin tinggi pendidikan seseorang, semakin tinggi pula risiko depresi yang dialaminya dibandingkan dengan individu yang belum menikah. Hal ini dikarenakan individu yang berpendidikan tinggi menghadapi ekspektasi sosial yang lebih besar terkait pertumbuhan karier mereka. Mereka mengalami banyak tekanan profesional dan kurang mendapatkan dukungan emosional yang diberikan oleh pasangannya dalam pernikahan.
Terakhir, orang yang belum menikah diketahui melakukan perilaku yang sangat tidak sehat seperti konsumsi alkohol dan merokok secara berlebihan. Kebiasaan ini meningkatkan risiko depresi.
Studi tersebut menunjukkan bahwa pernikahan mendatangkan rasa stabilitas emosional dan bahkan dapat meringankan pilihan gaya hidup yang tidak sehat. Para peneliti juga mencatat bahwa merokok dan minum alkohol dapat memperburuk risiko depresi.
Singkatnya, depresi bertambah parah karena kurangnya dukungan, membuat setiap hal yang menantang menjadi semakin sulit untuk diatasi. Namun dalam pernikahan, pasangan dapat memberikan dukungan emosional, sosial, dan terkadang bahkan finansial, yang membantu mengurangi stres yang luar biasa.
Pilihan Editor:
HINDUSTAN TIMES
Halo Sahabat Cantika, Yuk Update Informasi dan Inspirasi Perempuan di