Proyek Blok Masela Molor, SKK Migas Keluarkan Surat Peringatan untuk Inpex
Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi atau SKK Migas, Djoko Siswanto mengungkapkan bahwa pihaknya telah mengeluarkan Surat Peringatan 1 kepada Inpex Masela Ltd.
![Proyek Blok Masela Molor, SKK Migas Keluarkan Surat Peringatan untuk Inpex](https://cdn1.katadata.co.id/media/images/thumb/2024/04/08/Energi_di_Bulan_Suci_dari_Pulau_Besi-2024_04_08-17_28_48_7ac9bf2fcb6fd17d836c1d6fcfb6dd41_960x640_thumb.jpg)
Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi atau SKK Migas, Djoko Siswanto mengungkapkan bahwa pihaknya telah mengeluarkan Surat Peringatan 1 atau SP-1 kepada Inpex Masela Ltd. Inpex merupakan Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) yang memegang hak partisipasi wilayah kerja Blok Masela.
Menurut Djoko, SKK Migas berharap dengan dikeluarkannya surat peringatan tersebut bisa mendorong Inpex segera memulai produksi gas. Ia mengatakan SKK Migas juga menunggu kepastian pembeli gas agar proyek bisa segera berjalan.
"Iya diharapkan bisa segera ada pembeli gasnya sehingga proyek bisa dimulai, tahun ini lah," kata Djoko kepada wartawan di Jakarta, Selasa (11/2).
Sebelumnya Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Bahlil Lahadalia meminta Inpex segera memulai pekerjaan ke arah produksi pada tahun ini. Ia mengancam akan mencabut konsesi Blok Masela yang kini dipegang oleh investor asal Jepang, Inpex jika tak kunjung berprogres.
Bahlil mencatat, Inpex telah memegang konsesi Blok Masela sejak 1998 atau 26 tahun tetapi belum menerbitkan rencana pengembangan lapangan migas atau POD. Menurutnya, ancaman tersebut juga akan dilayangkan kepada investor yang telah selesai melakukan eksplorasi pada 300 sumur migas.
"Saya sudah bikin surat yang isinya kalau tahun ini tidak melakukan pekerjaan untuk produksi, ya mohon maaf, kami akan cabut konsesi. Kami akan mengevaluasi semua sumur migas untuk kebaikan investor, rakyat, bangsa, dan negara," kata Bahlil akhir Januari lalu.
Bahlil berargumen langkah ini merupakan bagian dari pencapaian target produksi atau lifting minyak hingga 1 juta barel per hari pada 2029. Produksi minyak pada akhir tahun lalu hanya sekitar 600.000 barel per hari.
Ia mencatat, produksi minyak pada tahun lalu turun hingga 62,5% jika dibandingkan dengan capaian 1997 sebanyak 1,6 juta barel per hari. Padahal pada 1997, konsumsi minyak nasional hanya 600.000 barel per hari.
Saat ini, Bahlil mencatat konsumsi minyak nasional telah naik menjadi 1,6 juta barel per hari. Status Indonesia sebagai net eksportir pada 1998 telah berbalik menjadi net importir sebanyak 1 juta barel per hari pada tahun lalu.
Lebih jauh ia menilai, penyebab Indonesia menjadi pengimpor karena banyaknya sumur minyak pasif di dalam negeri yang mencapai sekitar 24.000 sumur. Selain itu, 16.000 sumur minyak yang masih berproduksi saat ini telah tua atau berusia sekitar 75 tahun.
Pemerintah menurut Bahlil akan menggenjot 300 sumur yang telah menyelesaikan tahap eksplorasi untuk mulai produksi pada tahun ini. Pada saat yang sama, Bahlil berencana memaksimalkan produksi pada 16.000 sumur eksisting menggunakan teknologi pengurasan minyak tahap lanjut atau EOR.