Bank Sumut Bukukan Laba Rp 741 Miliar dan Aset Rp 45,4 Triliun sampai Desember 2024
Bank Sumut terus bertumbuh di tengah kondisi ketidakpastian ekonomi yang masih tinggi.
![Bank Sumut Bukukan Laba Rp 741 Miliar dan Aset Rp 45,4 Triliun sampai Desember 2024](https://statik.tempo.co/data/2025/02/08/id_1375785/1375785_720.jpg)
TEMPO.CO, Medan - terus bertumbuh di tengah kondisi ketidakpastian ekonomi yang masih tinggi. (BPD) milik Provinsi Sumatera Utara ini, membukukan kinerja dengan pertumbuhan yang positif.
Sampai Desember 2024, total yang dibukukan sebesar Rp 45,4 triliun, meningkat 2,38 persen dari tahun sebelumnya sebesar Rp 44,4 triliun. Perolehan Dana Pihak Ketiga (DPK) juga tumbuh 2,61 persen menjadi Rp 35,9 triliun dari Rp 35 triliun di 2023.
Baca berita dengan sedikit iklan,
Direktur Utama Bank Sumut Babay Parid Wazdi dalam pemaparan kinerja keuangan Triwulan 4 Tahun Buku 2024 mengatakan, naiknya DPK dipicu tabungan yang tumbuh 3,08 persen dan deposito 10,58 persen. Peningkatan tabungan didorong oleh layanan digital seperti mobile banking. Ada juga program literasi keuangan seperti institusi pendidikan dan beberapa komunitas, serta inklusi keuangan berupa pembukaan lima jaringan unit kantor baru.
"Ada juga Sumut Link yang menjadi pilar utama layanan perbankan digital untuk menjangkau seluruh wilayah Sumatera Utara. Harapannya Bank Sumut menjadi agen pembangunan daerah," kata Babay, Jumat, 8 Februari 2025.
Dari aspek intermediasi, total kredit atau pembiayaan meningkat menjadi Rp 31,9 triliun, tumbuh 9,00 persen dibanding tahun sebelumnya sebesar Rp 29,4 triliun. Didukung kualitas aset yang terus membaik dari tahun ke tahun. Rasio Non Performing Loan (NPL) tercatat sebesar 2,19 persen atau mengalami perbaikan dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 2,38 persen.
"Bank Sumut juga mendukung segmen UMKM khususnya Kredit Usaha Rakyat (KUR). Total KUR yang disalurkan sejak 2016 sampai sekarang mencapai Rp 6,6 triliun," sebut Babay.
Perolehan laba bersih berhasil dibukukan sebesar Rp 741 miliar. Hal ini tidak lepas dari pengelolaan pendanaan secara optimal baik dari DPK maupun sumber pendanaan lain di tengah kondisi suku bunga pasar yang relatif tinggi. Begitu juga dengan pencapaian rasio-rasio keuangan, penting dijaga sesuai aturan regulator maupun benchmark industri perbankan.
Masih di periode yang sama, Bank Sumut menunjukkan pertumbuhan pada Unit Usaha Syariah (UUS) dengan pertumbuhan aset sebesar 19,39 persen menjadi Rp 4,7 triliun di 2024, dari Rp 3,9 triliun di 2023. DPK yang dikelola UUS menunjukkan peningkatan 10 persen dari Rp 2,7 triliun di 2023 menjadi Rp 3 triliun pada 2024.
"Realisasi pembiayaan USS Bank Sumut meningkat dari Rp 2,6 triliun pada 2023 menjadi Rp 2,9 triliun di 2024 atau tumbuh sebesar 9,66 persen dari tahun sebelumnya," ujar Babay.
Dari sisi laba, USS pada Desember 2024 mencapai 96,3 miliar atau tumbuh 88,27 persen dibanding tahun sebelumnya Rp 46,6 miliar. Pertumbuhan laba di 2024 menjadi pertumbuhan tertinggi dalam kurun waktu lima tahun terakhir.
Untuk meningkatkan layanan syariah, Bank Sumut menerapkan strategi Dual Banking Leverage Model (DBLM) di seluruh unit kantor konvesional. Masyarakat yang menginginkan layanan syariah juga dapat mengunjungi unit konvensional.
"Ini langkah penetrasi pasar syariah menjadi lebih luas, sekaligus meningkatkan aset Bank Sumut secara konsolidasi," sambungnya.
Untuk mendukung pertumbuhan dan peningkatan market share ke depan, Bank Sumut fokus pada lima sektor prioritas yaitu pemerintahan, pendidikan, kesehatan, pertanian dan desa. Menjadi pendorong pertumbuhan perekonomian daerah di Sumut.
Transformasi digital juga terus dijalankan seiring dengan tuntutan perkembangan teknologi yang pesat. Bank Sumut akan meluncurkan mobile banking apps yang lebih modern dan berencana mengembangkan berbagai solusi teknologi yang akan meningkatkan efisiensi, produktivitas dan daya saing.
Bertahan di tengah badai
Menanggapi paparan Babay, ekonom Sumut Gunawan Benjamin
menilai kinerja Bank Sumut masih dalam kondisi yang cukup
solid. Mampu melewati sejumlah tantangan berat ekonomi
dimulai pandemi Covid-19 di awal 2020. Kebangkrutan sejumlah
bank atau yang krisis perbankan di Amerika Serikat pada 2023.
Menurutnya, Bank Sumut punya modal besar untuk melewati 2025. Namun tantangannya juga tidak kalah besar seperti tensi geo politik dan geo ekonomi (perang dagang) yang memburuk. Perlambatan ekonomi global, kebijakan moneter bank sentral di dunia maupun Bank Indonesia yang cenderung ketat. Penghematan anggaran pemerintah yang akan menahan pertumbuhan ekonomi, pelemahan mata uang Rupiah serta sejumlah isu negatif lain, baik dari sektor keuangan maupun ekonomi secara keseluruhan.
"Laba di 2024 naik tipis dibandingkan 2023. Capaian ini masih lebih tinggi dari rata-rata BPD yang mengalami koreksi 6,81 persen. Bank Sumut masih lebih baik, jangan berpuas diri. Kinerja keuangan harus terus diperbaiki walau kondisi ekonomi kian sulit," kata Gunawan.
Mendorong kinerja keuangan Bank Sumut penting, tetapi peran Bank Sumut terhadap pembangunan daerah jauh lebih penting. Di tengah tekanan ekonomi yang kian memburuk, kearifan pemegang saham dalam hal ini pemerintah daerah dibutuhkan. "Kalau dilihat dari sisi permodalan, Bank Sumut akan lebih tangguh jika pemerintah daerah menambah modal," ujarnya.
Bentuknya bisa private placement untuk mendukung kegiatan operasional sehingga proses intermediasi dapat dimaksimalkan. Paling penting akselerasi capaian kinerja harus dilakukan dengan cara berhati-hati. "Kinerja keuangan harus membaik, namun bertahan di tengah badai jauh lebih penting untuk saat ini," kata Gunawan lagi.
Pilihan Editor: