Buntut Larangan Israel, UNRWA Terus Beroperasi di Tepi Barat, tapi Situasinya Sangat Tidak Pasti
Israel melarang UNRWA beroperasi, sehingga klinik dan sekolah yang dikelola UNRWA di tepi barat kini situasinya menjadi tidak pasti.
TRIBUNNEWS.COM - Klinik dan sekolah yang dikelola oleh badan PBB untuk pengungsi (UNRWA) terus beroperasi di yang diduduki, termasuk Yerusalem Timur, tetapi situasinya masih 'sangat tidak pasti'.
Hal ini karena dua Undang-undang yang secara efektif melarang .
"Undang-undang pertama melarang operasi di wilayah yang dianggap sebagai wilayah kedaulatannya – di sini kita berbicara tentang Yerusalem Timur yang tentu saja di mata hukum internasional, Mahkamah Internasional, dan sebagainya sebenarnya adalah wilayah pendudukan," kata Juru bicara , Jonathan Fowler kepada Al Jazeera, Senin (3/2/2025).
Fowler menambahkan, Undang-undang kedua melarang semua kontak antara pejabat dan .
"Hal ini menimbulkan potensi masalah yang sangat besar," tambahnya.
Ia lantas menyebutkan pembongkaran blok perumahan di Jenin oleh tentara sebagai contoh.
“Biasanya, kami akan tahu bahwa operasi militer akan datang dan kami akan dapat memastikan bahwa anak-anak sekolah aman, tetapi kami tidak memiliki kemungkinan untuk berkoordinasi."
“Kami tidak diberitahu sebelumnya, jadi selalu ada risiko bagi penduduk dan populasi yang kami layani – baik itu pasien maupun anak sekolah," papar Fowler.
Di Yerusalem Timur, menyediakan perawatan kesehatan untuk 70.000 orang yang termasuk anggota masyarakat paling rentan.
“Mereka adalah orang-orang yang tidak memiliki alternatif layanan kesehatan yang terjangkau," imbuhnya.
Israel Dituduh Lakukan 'Pembersihan Etnis' di
Sementara itu, kantor presiden Palestina Mahmoud Abbas pada hari Senin mengecam operasi militer Israel yang sedang berlangsung di Tepi Barat yang diduduki sebagai "pembersihan etnis" dan mendesak Amerika Serikat untuk campur tangan.
Baca juga:
Dalam sebuah pernyataan, juru bicara Nabil Abu Rudeineh mengatakan kepresidenan "mengecam perluasan perang menyeluruh oleh otoritas pendudukan terhadap rakyat di untuk melaksanakan rencana mereka yang bertujuan menggusur warga dan pembersihan etnis."
Dilansir Arab News, militer meledakkan beberapa bangunan di yang diduduki pada Minggu (2/2/2025) dalam serangkaian ledakan simultan yang menurut kantor berita negara telah meratakan sekitar 20 bangunan di kamp pengungsi Jenin.
Awan tebal terlihat naik dari kota tempat pasukan telah melakukan operasi besar-besaran selama hampir dua minggu yang menurut militer ditujukan pada militan lokal, termasuk menyita persediaan senjata.