Erdogan Sebut Turki-Indonesia Siap Bangun Kembali Gaza, Palestina Berdiri: Yerusalem Timur Ibu Kota
Erdogan menyatakan niat Turki bekerja sama dengan Indonesia membangun Gaza dan mendirikan Negara Palestina
![Erdogan Sebut Turki-Indonesia Siap Bangun Kembali Gaza, Palestina Berdiri: Yerusalem Timur Ibu Kota](https://asset-2.tstatic.net/tribunnews/foto/bank/images/Presiden-Turki-Erdogan-Tiba-di-Istana-Bogor_20250212_131934.jpg)
TRIBUNNEWS.COM - Turki akan terus bekerja sama dengan Indonesia dalam upaya membangun kembali Jalur Gaza setelah lebih dari 15 bulan serangan gencar Israel, kata Presiden negara itu dalam kunjungannya ke Indonesia, pada hari Rabu (12/2/2025).
Memuji sikap Pemerintah Indonesia terhadap konflik di Palestina pada konferensi pers bersama dengan Presiden , Erdogan menyatakan niat Ankara untuk "terus bekerja sama dengan Indonesia dalam rekonstruksi Gaza."
Ia juga memperbarui seruannya untuk pembentukan negara Palestina yang berdaulat, dengan Yerusalem Timur sebagai ibu kotanya.
“Pembentukan negara Palestina yang berdaulat dan memiliki wilayah yang utuh berdasarkan perbatasan tahun 1967, dengan Yerusalem Timur sebagai ibu kotanya, tidak dapat ditunda lebih lama lagi,” imbuhnya, dikutip dari AA.
Erdogan menegaskan bahwa negara-negara lain di kawasan itu tidak akan dapat mencapai stabilitas sampai Gaza dan Palestina menemukan perdamaian.
"Total kerugian yang disebabkan oleh serangan Israel selama 15 bulan hampir mencapai $100 miliar. Berdasarkan prinsip hukum, kerugian ini harus ditagih dari pelaku," katanya, merujuk pada Israel.
Erdogan dan Prabowo juga mengumumkan rencana untuk memperkuat hubungan antara negara mereka melalui perdagangan dan kerja sama di banyak sektor.
"Kami membahas rencana untuk memperluas perdagangan bilateral kami hingga $10 miliar dan membuatnya seimbang," tambah presiden Turki.
Timur Tengah Memanas
Brigade Al-Qassam, sayap militer kelompok militan Palestina Hamas, pada Senin (10/2/2025), mengumumkan penundaan pembebasan sandera Israel hingga pemberitahuan lebih lanjut.
Mereka beralasan Israel melanggar kesepakatan perjanjian gencatan senjata Gaza.
Baca juga:
"Selama tiga minggu terakhir, pimpinan perlawanan telah memantau pelanggaran musuh (Israel) dan kegagalannya untuk mematuhi ketentuan perjanjian, termasuk menunda kembalinya orang-orang yang mengungsi ke Gaza utara, menargetkan mereka dengan penembakan dan tembakan di berbagai wilayah Jalur Gaza, dan mencegah masuknya bantuan kemanusiaan dalam segala bentuknya sesuai perjanjian, sementara perlawanan telah sepenuhnya menegakkan komitmennya," kata juru bicara, Abu Obaida, dalam sebuah pernyataan di Telegram, dikutip dari AA.
"Oleh karena itu, pembebasan tahanan Zionis (Israel), yang dijadwalkan pada hari Sabtu (15/2/2025) mendatang, akan ditunda hingga pemberitahuan lebih lanjut, sambil menunggu kepatuhan penuh pendudukan terhadap perjanjian dan kompensasi atas hak-hak selama beberapa minggu terakhir secara retroaktif," tambahnya.
Juru bicara tersebut mengatakan Al-Qassam tetap berkomitmen terhadap perjanjian tersebut "selama" Israel "mematuhi persyaratannya."
Menyusul pengumuman ini, Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, memerintahkan tentara untuk bersiap pada tingkat kewaspadaan tertinggi terhadap kemungkinan skenario apa pun di Gaza.