Tarif Trump hingga Pemangkasan Anggaran Buat IHSG Longsor, Ini Saran Analis

Para analis memprediksi IHSG bisa turun ke level 6.000 jika dampak perang tarif Trump berkepanjangan. Jika kondisi tidak terlalu buruk, IHSG berpeluang pulih di kuartal kedua 2025.

Tarif Trump hingga Pemangkasan Anggaran Buat IHSG Longsor, Ini Saran Analis

Dalam sepekan terakhir, Indeks Harga Saham Gabungan () telah longsor 5,39% ke level 6.645, pada Rabu (12/2). Para analis menyebut sejumlah faktor yang menyebabkan IHSG merosot. Termasuk, kebijakan tarif Presiden Amerika Serikat Donald Trump, rontoknya saham-saham berkapitalisasi pasar besar, dan pemangkasan anggaran pemerintah yang dikhawatirkan akan berdampak pada perlambatan pertumbuhan ekonomi.  

IHSG sempat menyentuh level 6.531 pada penutupan perdagangan Selasa (11/2). Padahal, IHSG terakhir kali menyentuh level 6.500 pada Mei 2022 atau sekitar tiga tahun lalu.

Direktur Utama PT Anugerah Mega Investama, Hans Kwee, menyebut IHSG terus anjlok karena banyaknya investor asing yang keluar dari Indonesia. Dalam lima hari terakhir, investor asing membukukan penjualan bersih atau net foreign sell di pasar saham sebesar Rp4,7 triliun. Di sisi lain, investor dalam negeri juga tidak memiliki optimisme yang cukup.

Hans menyebut faktor perang dagang antara AS dan Tiongkok berpotensi berdampak pada perlambatan ekonomi Tiongkok.

“Ekonomi Tiongkok punya pengaruh yang besar dengan perdagangan Indonesia. Kalau Tiongkok terpukul, pasar kita merespons negatif,” kata Hans Kwee kepada Katadata.co.id, Rabu (12/2).

Setelah mengumumkan tarif sebesar 10% untuk produk-produk dari Cina, Trump mengumumkan tarif bea masuk 25% terhadap impor baja dan aluminium. Kebijakan tarif yang agresif ini berpotensi menyebabkan inflasi tetap tinggi sehingga Federal Reserve (The Fed) tidak akan cepat-cepat menurunkan suku bunga acuannya.

“The Fed tidak akan cepat menurunkan suku bunga karena inflasi kemungkinan tinggi. Ini sentimen negatif bagi bursa kita,” ujar Hans Kwee.

Gubernur The Fed Jerome Powell mengatakan The Fed akan berhati-hati dan tidak terburu-buru menurunkan suku bunganya karena alasan ekonomi dan inflasi yang berturut-turut di atas target bank sentral sebesar 2%.

Saham-saham Berkapitalisasi Pasar Besar Berguguran

Selain faktor perang dagang, anjloknya IHSG juga disebabkan rontoknya saham-saham berkapitalisasi besar (big caps). 

Saham emiten perbankan, misalnya, kompak berada di zona merah, mayoritas terkoreksi pasca peluncuran laporan keuangan kuartal keempat tahun 2024. PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), misalnya, menunjukkan pertumbuhan laba perusahaan melambat. 

Faktor lainnya adalah kegagalan tiga emiten Prajogo Pangestu yang memiliki kapitalisasi besar di Bursa Efek Indonesia (BEI) untuk masuk ke dalam indeks bergengsi Morgan Stanley Capital International (MSCI) Global Standard. Ketiga emiten itu adalah PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN), PT Petrindo Jaya Kreasi (CUAN), dan PT Petrosea Tbk (PTRO).

Menurut analis investasi Infovesta Ekky Topan, hal ini memberikan sentimen negatif pasar saham di Indonesia. Saham CUAN, misalnya, sempat anjlok hingga lebih dari 15% pada Selasa (11/2).

“Faktor gagalnya emiten konglomerasi masuk indeks MSCI semakin memperburuk pergerakan IHSG. Biasanya ketika terjadi capital outflow, saham-saham inilah yang menahan laju penurunan IHSG seperti pada kuartal keempat 2024,” kata Ekky Topan kepada Katadata.co.id, Rabu (12/2).

Pelaku Pasar Khawatir terhadap Perlambatan Ekonomi 

Selain faktor kebijakan tarif Trump dan jatuhnya saham-saham berkapitalisasi pasar besar, perlambatan ekonomi Indonesia berpengaruh terhadap sentimen pasar modal dalam negeri. Untuk diketahui, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2024 sebesar 5,03%, melambat dari 5,05% pada 2023.

Kebijakan efisiensi anggaran di kementerian dan lembaga yang diinstruksikan oleh Presiden Prabowo Subianto juga menambah sentimen negatif yang melingkupi pasar saham.

“Pemotongan anggaran ini dikhawatirkan memperlambat pertumbuhan ekonomi. Salah satu pendorong pertumbuhan ekonomi itu adalah belanja pemerintah. Hal ini jadi perhatian pasar,” kata Hans Kwee.

Pendapat Hans didukung oleh Guru Besar Universitas Indonesia Budi Frensidy. Menurutnya, kebijakan pemotongan anggaran dapat berdampak pada pemutusan hubungan kerja (PHK) yang berkepanjangan dan berdampak pada perlambatan pertumbuhan ekonomi.

“Pemangkasan anggaran punya multiplier effect ke mana-mana,” kata Budi Frensidy kepada Katadata.co.id, Rabu (12/2).

Senior Investment Information Mirae Asset, Nafan Aji Gusta, mengatakan optimisme konsumen terhadap kondisi perekonomian nasional saat ini juga terus menurun. Bank Indonesia mencatatkan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) turun dari 127,7 pada Desember 2024 menjadi 127,2 pada Januari 2025.

“IKK turun di bawah ekspektasi. Dengan demikian, optimisme masyarakat perekonomian mengalami penurunan,” kata Nafan kepada Katadata.co.id, Rabu, (12/2).

Investor mencermati pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan  di situs Bursa Efek Indonesia.(ANTARA FOTO/Asprilla Dwi Adha/rwa.)

IHSG Diramal Pulih pada Kuartal Kedua 2025

Jika perang dagang terus memanas, IHSG diprediksi bisa menurun ke level 6.000. Meski begitu, para analis masih optimistis penurunan IHSG ini tidak akan berlangsung lama. Hans Kwee mengatakan, dengan mulai dirilisnya laporan keuangan para emiten, sentimen pasar berpotensi rebound

“Mungkin cuma kuartal satu. Seharusnya kuartal kedua sudah mulai membaik, minimal kuartal ketiga sudah mulai rebound kencang,” kata Hans Kwee.

Sembari menunggu pasar saham pulih, Ekky Topan menyebut investor masih bisa melalukan pembelian saham blue chip secara bertahap. 

“Saat ini banyak blue chip yang valuasinya sudah murah, jadi bisa dilakukan untuk melakukan pembelian bertahap. Jika ingin benar-benar menghindari risiko, tunggu market benar benar pulih,” kata Ekky Topan.

Para investor bisa mempertimbangkan untuk menambah investasinya pada saham-saham yang memiliki fundamental baik dan valuasinya sudah murah. Dengan demikian, pada saat IHSG kembali naik, investor juga bisa melihat harga sahamnya akan ikut naik dan memangkas kerugian yang dialami sebelumnya.