Gunung Es Terbesar di Dunia Hanyut Imbas Perubahan Iklim, Ancam Satwa Liar
Gunung es terbesar dunia, A23a, hanyut dari Antartika menuju Georgia Selatan imbas pemanasan lautan dan suhu udara.
Gunung es terbesar dunia, A23a, hanyut dari Antartika menuju Georgia Selatan imbas pemanasan lautan dan suhu udara. Daerah yang berjarak 280 km dari gunung es berada saat ini tersebut merupakan sebuah pulau terpencil di Inggris yang terkenal dengan keanekaragaman satwa liarnya.
Gunung es tersebut berisiko kandas dan terpecah, dan berpotensi mengganggu tempat makan penguin dan anjing laut, seperti yang terjadi pada gunung es besar sebelumnya.
"Gunung es pada dasarnya berbahaya. Saya akan sangat senang jika gunung es ini benar-benar melewati kami," kata Kapten, Laut Simon Wallace, Kamis (23/1).
Para ilmuwan, pelaut, dan nelayan di seluruh dunia sedang melacak pergerakan A23a melalui citra satelit. Terlihat dari luar angkasa, gunung es tersebut secara bertahap terpecah-pecah dan dapat terbagi menjadi segmen-segmen besar kapan saja, menurut para ahli.
"Georgia Selatan terletak di jalur gunung es, sehingga dampak pada perikanan dan satwa liar dapat diperkirakan," kata ahli ekologi kelautan Mark Belchier yang memberikan nasihat kepada pemerintah Georgia Selatan.
Belchier menambahkan, baik perikanan maupun satwa liar memiliki kapasitas besar untuk beradaptasi terhadap tantangan tersebut. Massa es yang mengapung dapat hanyut di sekitar Georgia Selatan selama bertahun-tahun, sehingga menimbulkan ancaman jangka panjang bagi ekosistem dan satwa liar pulau tersebut.
Georgia Selatan telah menghadapi ancaman serupa di masa lalu. Pada 2004, gunung es A38 kandas di dekat pulau tersebut, menghalangi tempat mencari makan serta menyebabkan kematian anak penguin dan anjing laut.
Baru-baru ini, pada 2023, gunung es A76 hampir kandas, meninggalkan bongkahan es besar yang tersebar di sekitar pulau.
“Bongkahan-bongkahan itu terangkat, seperti kota es di cakrawala," kenang Belchier.
Pada 2023, tim dari British Antarctic Survey mempelajari gunung es tersebut dengan peneliti PhD Laura Taylor mengumpulkan sampel air yang berjarak hanya 400 meter dari tebingnya.
"Ini bukan sekedar air seperti yang kita minum," jelas Taylor.
"Ini penuh dengan nutrisi dan bahan kimia, serta hewan-hewan kecil seperti fitoplankton yang membeku di dalamnya,” ucapnya.
Saat gunung es mencair, ia melepaskan unsur-unsur tersebut ke dalam lautan, mengubah kimia air. Meskipun pembentukan A23a terjadi sebelum perubahan iklim modern, hal ini menyoroti ketidakstabilan Antartika yang semakin meningkat karena pemanasan lautan dan suhu udara yang menyebabkan lebih gunung es lebih besar terlepas.
Untuk saat ini, kehadiran A23a yang sangat besar diperkirakan akan menjulang di atas cakrawala Georgia Selatan. Sisa-sisa bongkahan es terus mengganggu wilayah tersebut, menciptakan tantangan signifikan bagi ekosistem lokal dan navigasi.