Hikayat dari Desa Segobang Banyuwangi

Hikayat dari Desa Segobang Banyuwangi. ????Keberhasilan Gapoktan Rukun Tani menunjukkan pentingnya kolaborasi antara pemerintah, lembaga keuangan, dan masyarakat dalam menciptakan solusi berkelanjutan. Dan mampu menjaga kestabilan harga, meningkatkan produksi, dan memperkuat ketahanan pangan lokal. -- Ikuti kami di ????https://bit.ly/392voLE #beritaviral #jawatimur #viral berita #beritaterkini #terpopuler #news #beritajatim #infojatim #newsupdate #FYI #fyp

Hikayat dari Desa Segobang Banyuwangi

Bagi para petani di negeri ini, bisa hidup cukup saja sudah dianggap berkah yang luar biasa. Padahal, negeri ini terkenal subur, bahkan tongkat kayu bisa tumbuh menjadi tanaman. Namun kenyataannya, kehidupan petani masih jauh dari kata sejahtera dan aman. Terutama di Pulau Jawa, menjadi petani terasa seperti pilihan yang sulit.

Lahan semakin sempit, ditambah berbagai masalah yang seakan tidak ada habisnya. Harga pupuk mahal, hasil panen tidak stabil, dan banyak persoalan lain yang terus menghantui sektor pertanian, dari awal hingga akhir prosesnya. Tak heran, menjadi petani kini terasa seperti khayalan belaka.

Namun, sekelompok petani yang menamakan diri Gapoktan Rukun Tani di Desa Segobang, Kecamatan Licin, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur memiliki cerita menarik. Tidak putus asa terhadap masalah-masalah yang laten di sektor pertanian Indonesia tidak menyurutkan untuk terus memelihara asa dan menatap optimisme di masa depan.

Taruh saja masalah subsisi pupuk yang membuat nestapa petani seantero Indonesia menjadikan keresahanan yang meraja. Paling tidak sejak 2019, Indonesia menghadapi penurunan nilai dan volume subsidi pupuk akibat meningkatnya biaya produksi dan ketegangan geopolitik global.

Dampak langsung dari penurunan ini dirasakan petani, termasuk Gapoktan Rukun Tani, yang mengandalkan pupuk untuk menjaga produktivitas tanaman padi. Terbatasnya ketersediaan pupuk anorganik memicu kebutuhan akan solusi alternatif yang lebih berkelanjutan.

Terhadap masalah ini maka dicobalah untuk mengurai. Gapoktan Rukun Tani, yang memiliki luas lahan pertanian hingga 400 hektar, menghadapi tantangan besar ini. Namun, sebagai klaster binaan Bank Indonesia Jember sejak 2021, mereka mendapat bantuan PSBI berupa Laboratorium Mini Produksi MA-11. Bantuan ini menjadi titik balik bagi para petani untuk mengembangkan pertanian organik berbasis integrated ecofarming.

Lebih dari itu, pemberdayaan masyarakat adalah salah satu cara paling efektif untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Ini relatif massif dilakukan oleh Lembaga di Indoensia untuk terlibat aktif. Untuk itu salah satu Bank Indonesia menjalankan Program Sosial Bank Indonesia (PSBI) sebagai bagian dari inisiatif “Dedikasi untuk Negeri.”

Program ini berfokus pada tiga pilar utama: peningkatan kapasitas ekonomi dan UMKM, peningkatan kapasitas sumber daya manusia, dan kepedulian sosial. Salah satu penerima manfaat PSBI yang sukses memanfaatkan program ini adalah Gapoktan Rukun Tani di Desa Segobang, Kecamatan Licin, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur.

Salah satu inovasi utama yang diterapkan Gapoktan Rukun Tani adalah pemanfaatan pupuk organik berbasis mikrobakteri alfalfa (MA-11). Teknologi ini mampu mengubah limbah ternak menjadi pupuk organik padat dan cair dalam waktu singkat.

Di Desa Segobang, tersedia sekitar 260 ekor ternak yang menjadi sumber utama limbah organik. Dengan memanfaatkan teknologi ini, Gapoktan berhasil meningkatkan kualitas tanah sekaligus mengurangi ketergantungan pada pupuk anorganik.

Ketua Gapoktan Rukun Tani, Ahmad Mahsun, menyebutkan bahwa penggunaan pupuk organik memberikan hasil yang signifikan. Jika sebelumnya produksi padi hanya mencapai 4-5 ton per hektar, kini meningkat menjadi 9-10 ton per hektar. Hasil ini tak hanya memperkuat ketahanan pangan, tetapi juga membantu menekan laju inflasi pangan di daerah Banyuwangi.

Selain itu, penerapan pupuk organik ini juga berdampak positif pada ekosistem pertanian. Dengan mengurangi penggunaan bahan kimia, Gapoktan membantu menciptakan lingkungan yang lebih sehat bagi petani dan masyarakat sekitar. Limbah ternak yang sebelumnya dianggap sebagai masalah kini menjadi aset berharga yang mendukung keberlanjutan pertanian.

Selain meningkatkan produksi, Gapoktan Rukun Tani juga memiliki strategi untuk menjaga kestabilan harga beras. Saat panen raya, mereka mengatur suplai agar harga tidak jatuh. Sebaliknya, saat musim paceklik, Gapoktan menyediakan beras dengan harga lebih murah melalui jaringan toko mitra. Misalnya, mereka menjual beras kemasan 5 kilogram seharga Rp48 ribu, lebih murah dibanding harga pasar Rp50 ribu.

Strategi ini juga melibatkan kerja sama antar daerah, seperti dengan Kediri, Lamongan, dan Purwodadi. Ketika Banyuwangi surplus beras, Gapoktan mengirimkan suplai ke daerah tersebut. Sebaliknya, saat Banyuwangi mengalami kekurangan, mereka menerima suplai dari daerah mitra. Pendekatan ini terbukti efektif dalam menjaga kestabilan harga dan melindungi konsumen maupun produsen.

Langkah ini tidak hanya berfokus pada stabilitas harga lokal, tetapi juga memperkuat hubungan antar komunitas petani di berbagai daerah. Kolaborasi semacam ini menciptakan jaringan yang saling mendukung dalam mengatasi tantangan produksi dan distribusi pangan.

Program yang diterapkan Gapoktan Rukun Tani tidak hanya berdampak pada perekonomian petani, tetapi juga memiliki implikasi sosial yang besar. Dengan meningkatnya produktivitas dan stabilitas harga, pendapatan petani mengalami peningkatan signifikan.

Hal ini berdampak langsung pada kesejahteraan keluarga petani, seperti peningkatan akses pendidikan untuk anak-anak mereka dan peningkatan kualitas hidup secara keseluruhan.

Di sisi lain, keberhasilan Gapoktan juga menarik minat generasi muda untuk kembali bertani. Dengan teknologi seperti pupuk MA-11 dan dukungan digital farming, pertanian menjadi lebih menarik dan relevan bagi kaum muda. Hal ini penting untuk memastikan keberlanjutan sektor pertanian di masa depan.

Bank Indonesia, melalui PSBI, memberikan berbagai bentuk dukungan kepada Gapoktan Rukun Tani, mulai dari pelatihan hingga pendampingan teknis. Seperti memperkenalkan konsep digital farming. Teknologi ini memungkinkan petani untuk memantau dan mengelola lahan mereka secara lebih efisien.

Harapan ini diarahkan untuk bisa beradaptasi dengan tantangan yang berkembang. Misalnya, ketika menghadapi perubahan iklim atau fluktuasi harga pasar global, petani memiliki akses ke informasi dan teknologi yang dapat membantu mereka mengatasi masalah tersebut.

Keberhasilan Gapoktan Rukun Tani menunjukkan pentingnya kolaborasi antara pemerintah, lembaga keuangan, dan masyarakat dalam menciptakan solusi berkelanjutan. Dan mampu menjaga kestabilan harga, meningkatkan produksi, dan memperkuat ketahanan pangan lokal.

Cerita sukses ini menjadi bukti bahwa inisiatif pemberdayaan seperti PSBI dapat memberikan dampak nyata, tidak hanya bagi penerima manfaat langsung, tetapi juga bagi perekonomian daerah dan nasional. Dengan semangat dan kerja sama yang terus diperkuat, masa depan yang lebih baik dan berkelanjutan bagi petani Indonesia bukanlah mimpi belaka.

Ahmad Mahsun dan para anggota Gapoktan Rukun Tani memiliki harapan besar agar program PSBI terus berlanjut. Dengan tantangan yang semakin dinamis, seperti perubahan iklim, ketidakstabilan geopolitik, dan dinamika pasar, pendampingan dari Bank Indonesia menjadi sangat krusial.

Para petani juga berharap dapat memperluas jaringan kerja sama mereka, baik di tingkat lokal maupun nasional. Dengan memperkuat kolaborasi antar daerah dan meningkatkan akses terhadap teknologi serta informasi, mereka yakin dapat menghadapi tantangan masa depan dengan lebih baik.

\Selain itu, Gapoktan Rukun Tani juga berencana untuk memperluas penerapan teknologi digital farming dan integrated ecofarming ke lebih banyak anggota. Dengan demikian, manfaat dari program ini dapat dirasakan oleh lebih banyak petani di wilayah Banyuwangi dan sekitarnya. Keberhasilan Gapoktan Rukun Tani adalah contoh nyata bagaimana pemberdayaan masyarakat dapat memberikan dampak positif yang luas.

Cerita ini juga menginspirasi bahwa dengan kolaborasi dan kerja sama, tantangan besar dapat diatasi. Masa depan pertanian Indonesia yang lebih cerah dan berkelanjutan ada dalam genggaman. Gapoktan Rukun Tani telah membuktikan bahwa perubahan nyata dimulai dari langkah-langkah kecil yang konsisten. [wir]

M. Abd. Nasir adalah Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis – Universitas Jember