Isi Libur Ramadhan, Orang Tua Diimbau Tetap Aktif dalam Pendidikan Anak
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Pemerintah melalui Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) telah menerbitkan surat edaran terkait pelaksanaan pembelajaran selama Ramadan 1449 Hijriah atau tahun 2025. Surat edaran itu menyebutkan...
Anak mendapat libur beberapa hari selama awal Ramadhan (Ilustrasi). Orang tua disarankan untuk membersamai dan mengawasi buah hati selama libur Ramadhan.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Pemerintah melalui Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) telah menerbitkan surat edaran terkait pelaksanaan pembelajaran selama Ramadan 1449 Hijriah atau tahun 2025. Surat edaran itu menyebutkan bahwa pada tanggal 27-28 Februari serta 3-5 Maret 2025 kegiatan pembelajaran akan dilaksanakan secara mandiri di lingkungan keluarga.
Lantas bagaimana orang tua mendukung anak belajar di rumah selama Ramadhan? Guru Besar Psikologi dari Universitas Indonesia, Prof Rose Mini Agoes Salim, mengatakan orang tua bisa berperan aktif dengan menanyakan tugas apa saja yang diberikan oleh sekolah. Setelah itu, orang tua disarankan untuk membersamai dan mengawasi buah hati dalam menyelesaikan tugas atau proyek tersebut.
“Orang tua itu tentu harus berperan aktif menemani dan mengawasi anaknya mengerjakan project atau penugasan yang diberikan,” kata Prof Rose saat dihubungi Republika.co.id, Rabu (22/1/2025).
Lebih lanjut dia menyarankan agar orang tua mulai memberi pemahaman ke anak mengenai ibadah sedari sekarang. Utamanya bagi anak sekolah dasar, yang mungkin baru memulai untuk menjalankan puasa. Anak dapat diberikan pemahaman tentang untuk kesehatan fisik dan mental.
“Misalnya kita contohkan kalau mesin saja ada waktu berhentinya agar tidak rusak. Begitu juga dengan usus dalam tubuh kita, harus ada jeda biar tidak capek dan rusak. Dengan demikian kamu sehat. Pemahaman ini akan membuat anak paham manfaat puasa untuk dirinya,” kata Prof Rose.
Setelah memberi pemahaman dan penjelasan mengenai manfaat puasa, maka diharapkan akan tumbuh kesadaran mengenai pentingnya puasa. Setelah anak memiliki kesadaran itu, maka dia pun bisa menjalankan dengan semangat dan tanpa merasa terpaksa.
“Jadi kalau kita ceritakan puasa akan bermanfaat untuk dia, anak akan melakukan puasa itu bukan karena takut sama bapak-ibunya, atau takut dihukum, atau takut berdosa, tapi melainkan sadar bahwa puasa itu bermanfaat,” kata Prof Rose.
Selama menjalankan ibadah puasa, kata Prof Rose, orang tua juga bisa sembari mengajarkan nilai-nilai moral kepada anak. Salah satunya dengan cara mengajarkan anak untuk lebih menghargai makanan dan menyadari bahwa ada banyak orang yang tidak bisa makan karena keterbatasan ekonomi.
“Saat anak sudah mulai berpuasa, orang tua juga bisa memberi pemahaman bahwa tidak semua orang bisa punya makan setiap hari, dan mereka harus tidak makan meski bukan bulan puasa. Nah sementara kita hanya menahan lapar saat ibadah puasa. Hal ini bisa diajarkan supaya anak bisa lebih menghargai makanan,” kata Prof Rose.