Jerman: Apa Rencana Calon Kanselir Partai Hijau Robert Habeck?

Di hari pelantikan Donald Trump, DW mewawancarai calon kanselir Jerman dari Partai Hijau Robert Habeck, tentang daya saing Eropa,…

Jerman: Apa Rencana Calon Kanselir Partai Hijau Robert Habeck?

Ruang aula di "Haus Leipzig" di kota terbesar kedua di negara bagian Sachsen itu terisi penuh oleh sekitar 500 pengunjung, Senin (20/1) silam. Di sana, Robert Habeck, Menteri Ekonomi dan kandidat kanselir dari Partai Hijau, sedang dirayakan layaknya bintang pop oleh simpatisan partai.

Selama hampir satu jam di atas panggung, Habeck menguraikan garis besar pandangannya tentang situasi global. Di hari pelantikan Donald Trump sebagai presiden AS, uraiannya dipenuhi kata-kata "pergolakan", "revolusi" dan "klaim Eropa." Fenomena Trump mendominasi isi pidato Habeck, termasuk juga dalam wawancara dengan koresponden DW Michaela Küfner di akhir acara.

Berikut kutipannya:

"Fase bergejolak ini harus segera diakhiri."

Deutsche Welle: Saat Anda berdiri di sini di atas panggung, Presiden baru Donald Trump sedang dilantik di Amerika Serikat. Seberapa terganggunya perhatian di Jerman dalam momen perubahan drastis ini?"

Robert Habeck: "Harus dikatakan, sangat terganggu. Fase kampanye pemilu dini dan masa pemerintahan tanpa anggaran, ketika Jerman sedang sibuk dengan dirinya sendiri, perubahan drastis di AS sungguh sangat merepotkan. Hal yang sama juga dialami Prancis. Mereka juga sedang tidak stabil. Saat ini pun, belum ada pemerintahan baru di Austria dan ada ancaman yang lebih buruk lagi yang bisa terjadi di sana. Sementara Belgia juga punya masalah, ketika Belanda sibuk berdebat. Jadi tidak baik jika Eropa sibuk dengan dirinya sendiri, karena Trump tidak akan menunggu, dia akan bergegas, Cina juga tidak menunggu, dunia tidak menunggu Eropa: kita harus segera memastikan bahwa kita mengakhiri fase yang penuh gejolak dan mewakili Eropa yang diperkuat dan bersatu."

"Omong kosong" rencana ekonomi kaum populis kanan

Jerman, kata sang Wakil Kanselir, harus meremajakan infrastruktur yang menua, berinvestasi di bidang pendidikan dan penelitian, serta jika perlu melalui utang baru. Habeck menawarkan solusi atas kelesuan ekonomi melalui inovasi yang dibiayai utang baru.

DW: Jerman semakin terjerumus ke dalam resesi, dan Anda sendiri mengatakan bahwa kita membutuhkan pertumbuhan untuk menjamin stabilitas sosial. Namun, jika Donald Trump sekarang mengenakan tarif ekspor, bagaimana Anda bermaksud mencegah ekonomi melambat lebih jauh?

Habeck: "Jerman adalah negara pengekspor, kita memiliki lebih dari 80 juta warga negara dan merupakan ekonomi terbesar ketiga di dunia. Kita mengeskpor produk Jerman ke seluruh dunia. Jadi, untuk percaya bahwa produk Jerman untuk orang Jerman dengan uang Jerman, seperti yang diklaim Partai "Alternative für Deutschland" (AfD) adalah omong kosong belaka. Kita melihat bahwa dunia semakin mengisolasi diri ke dalam lingkupnya sendiri, dan bahwa Cina memasuki pasar dengan sangat agresif. Kita harus dan dapat menanggapi hal ini dengan menyelesaikan perjanjian perdagangan baru, seperti dengan Negara Mercosur, misalnya."

"Gaya komunikasi yang menyatukan masyarakat."

Menajamnya polarisasi di Jerman turut menjadi perhatian Habcek. Menurutnya, fenomena ini didorong oleh kelompok populis kanan dengan retorika yang memecah belah. Dia ingin menanggulangi perpecahan melalui kerja sama di tingkat Eropa, termasuk dalam meregulasi platform media sosial.

DW: Dalam beberapa minggu terakhir, tidak hanya Donald Trump, tetapi juga Mark Zuckerberg, pemilik Meta, memperjelas pandangan mereka yang berbeda tentang kebebasan berpendapat dibandingkan di Eropa. Apakah hal ini. Apakah ini garis merah bagi Anda, bahwa Anda dapat menghadapi miliarder Tesla Elon Musk dan Donald Trump?"

Habeck: "Elons Musk punya pemahaman dasar yang berbeda dan, menurut saya, keliru. Baginya, kebebasan dipahami secara vulgar, bahwa segalanya diizinkan. Dan yang berlaku adalah siapapun yang kuat akan menang. Tapi demokrasi menuntut bahwa kelompok terkuat pun membutuhkan aturan dan pembatasan. Doktrin di Eropa harus berbeda, yakni bahwa kita menghidupkan gaya berkomunikasi yang menyatukan manusia dan menghasilkan solusi, bukan malah perpecahan. Untuk itu, kita membutuhkan kompetensi teknologi secara mandiri. Artinya Google masa depan harus dibuat di Eropa."

Diadaptasi dari artikel DW berbahasa Jerman