Ketika Ibu Negara Suriah dan Ibu Negara Turki Bertemu
Ibu Negara Suriah dan Ibu Negara Turki bertukar pandangan tentang bantuan kemanusiaan, solidaritas sosial, pemberdayaan perempuan, dan pendidikan.
TRIBUNNEWS.COM - Saat para suami membahas keamanan dan pertahanan, para istri fokus pada isu kemanusiaan, sosial, dan pendidikan.
Itulah yang terjadi di , , ketika rombongan Presiden datang berkunjung.
Presiden , Recep Tayyip Erdoğan, menyambut kedatangan Presiden Sementara , Ahmad al-Sharaa, di Istana Kepresidenan di , , pada Selasa (4/2/2025).
Dalam konferensi pers bersama, Al-Sharaa menyampaikan bahwa dan sedang merancang "strategi bersama" untuk mengatasi ancaman keamanan yang mengganggu kedua negara.
"Kami membahas ancaman-ancaman yang dapat menghambat persatuan wilayah , khususnya di bagian timur laut," kata Al-Sharaa, dilansir Euronews.
Sementara itu, para Ibu Negara juga mengadakan pertemuan di ruangan terpisah.
Mengutip Anadolu Agency, istri Recep Tayyip Erdoğan, Emine Erdoğan, menyambut Latifa al-Daroubi, istri Ahmad al-Sharaa, di Wisma Negara di Kompleks Kepresidenan.
Keduanya berbagi pandangan tentang bantuan kemanusiaan, solidaritas sosial, pemberdayaan perempuan, serta peran penting pendidikan.
Mereka juga membahas langkah-langkah konkret yang bisa dilakukan oleh dan untuk membantu perempuan dan anak-anak, yang paling terkena dampak akibat perang.
Al-Daroubi menyampaikan rasa terima kasihnya kepada atas dukungan yang diberikan dalam proses rekonstruksi .
Emine Erdoğan kemudian membagikan rincian pertemuan tersebut melalui platform media sosial X.
Baca juga:
"Saya merasa sangat terhormat menyambut Ibu Latifa al-Daroubi, istri terhormat Presiden Sementara , dalam kunjungan resminya ke negara kita hari ini," tulisnya pada Selasa.
"Kami memiliki kesempatan untuk membahas sejumlah isu penting, termasuk bantuan kemanusiaan, solidaritas sosial, pemberdayaan perempuan, dan peran pendidikan."
"Kami secara khusus membahas langkah-langkah yang bisa kita ambil bersama untuk mendukung perempuan dan anak-anak, yang merupakan korban paling parah dari konflik perang di seluruh dunia."