Ketua Badan Anggaran DPR: Alokasi Subsidi LPG 2025 Mencukupi, Masyarakat Tak Perlu Panik
Ketua Banggar DPR RI Said Abdullah angkat bicara perihal ramainya pemberitaan terkait kelangkaan tabung LPG 3 Kg di tengah tengah masyarakat.
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketua Badan Anggaran (Banggar) DPR RI angkat bicara perihal ramainya pemberitaan terkait di tengah tengah masyarakat.
Dimana, hal itu menyebabkan antrean gas LPG 3kg di sejumlah daerah.
Said pun menjelaskan, mengenai kebijakan anggaran terkait dengan subsidi Lpg 3 Kg. Pada APBN 2025, bersama pemerintah telah menyepakati alokasi subsidi sebesar Rp. 87,6 triliun, lebih tinggi dari tahun pagu tahun 2024 sebesar Rp. 85,6 triliun.
Dimana, volume subsidi tahun 2025 sebesar 8,17 juta ton.
“Anggaran untuk penyediaan volume LPG tersebut untuk menjamin pelaksanaan subsidi. Jika tidak disubsidi oleh negara, maka harganya mencapai Rp. 42.750,” kata kepada wartawan, Senin (3/2/2025).
Pada tahun 2025 Banggar DPR juga menyepakati usulan pemerintah untuk menyubsidi Rp. 30.000 per .
Sehingga harga dasar menjadi Rp. 12.750 dan ditambah dengan ongkos
transportasinya, di masing masing daerah bisa
berbeda, itulah yang membentuk harga akhir.
Said menambahkan, adalah barang subsidi yang diperuntukkan kepada rumah tangga miskin, akan tetapi diperdagangkan secara terbuka.
Dia mencermati evaluasi penyaluran subsidi LPG 3Kg yang disampaikan oleh pemerintah. Konsumsi LPG Tabung 3 Kg mengalami peningkatan dengan rata-rata pertumbuhan volume di tahun 2019-2022 sebesar 4,34 persen dengan distribusi masih terbuka.
Kemudian pemerintah menerapkan registrasi konsumen LPG pada 2023, dan menunjukkan pengaruh yang positif dengan melambatnya pertumbuhan konsumsi volume LPG 3Kg dari 2022 ke 2023 (+3,14 persen).
Data TNP2K menyebutkan dari 50,2 juta rumah tangga yang menerima program subsidi LPG, sebanyak 32 persen rumah tangga dengan kondisi sosial ekonomi terendah hanya menikmati 22 persen dari subsidi LPG, sementara 86 persen dinikmati oleh kelompok yang lebih mampu.
Hal ini terjadi karena LPG subsidi diperjualbelikan bebas dipasaran bersamaan dengan LPG non subsidi dengan selisih harga yang jauh, sehingga mayoritas rumah tangga menggunakan LPG subsidi.
Mencermati situasi tentang yang terjadi tengah tengah rakyat, dan rencana kebijakan pemerintah diatas, untuk itu Said menyarankan agar adanya perbaikan kebijakan penyaluran subsidi yang tengah di upayakan oleh pemerintah hendaknya diimbangi dengan komunikasi publik yang baik.
Hal ini agar hal ini tidak menimbulkan kepanikan banyak pihak, dan sebagian pihak memanfaatkan kepanikan tersebut dengan mengambil untung.