Krisis Israel-Hamas soal pembebasan sandera temukan titik terang
Krisis yang timbul antara Israel dan kelompok Palestina Hamas mengenai kesepakatan pertukaran tahanan tampaknya ...
![Krisis Israel-Hamas soal pembebasan sandera temukan titik terang](https://img.antaranews.com/cache/1200x800/2025/02/01/Gaza-pembebasan-200-warga-Palestina-oleh-Israel.jpg)
Yerusalem/Istanbul (ANTARA) - Krisis yang timbul antara Israel dan kelompok Palestina Hamas mengenai kesepakatan pertukaran tahanan tampaknya menemukan titik terang, menurut laporan media Israel pada Rabu (12/2).
"Setelah Hamas mengumumakan akan menunda pembebasan sandera, krisis muncul dalam kesepakatan pertukaran tahanan yang sepertinya akan terselesaikan, ungkap harian Israel Yedioth Ahronoth.
Dengan mengutip seorang pejabat Israel secara anonim, laporan itu menyebutkan bahwa baik Israel maupun Hamas menginginkan tahap pertama perjanjian berhasil dan Hamas telah mengirim pesan yang menunjukkan kesediaannya untuk melanjutkan kesepakatan.
Pejabat itu juga mengatakan ancaman Presiden AS Donald Trump bahwa "neraka akan terjadi" jika Hamas tidak membebaskan sandera yang tersisa paling lambat Sabtu (15/2) siang "menempatkan Israel dalam dilema."
Sebelumnya pada Selasa (11/2), pemimpin otoritas Israel Benjamin Netanyahu ikut mengancam mengakhiri gencatan senjata Gaza jika Hamas gagal membebaskan sandera pada Sabtu sore.
Ancaman tersebut muncul sehari setelah Hamas mengatakan akan menunda pembebasan sandera berikutnya sebagai tanggapan atas pelanggaran gencatan senjata oleh Israel.
Pihak berwenang Palestina telah mencatat serangkaian pelanggaran Israel terhadap kesepakatan tersebut, termasuk penembakan warga sipil dan penolakan akses terhadap bahan bantuan, termasuk tenda untuk warga sipil yang mengungsi di Gaza.
Sesuai perjanjian tahap pertama gencatan senjata, sebanyak 33 sandera Israel akan dibebaskan sebagai imbalan pembebasan tahanan Palestina.
Sumber: Anadolu
Baca juga:
Baca juga:
Baca juga:
Penerjemah: Yoanita Hastryka Djohan
Editor: M Razi Rahman
Copyright © ANTARA 2025