PBB Serukan Negara G20 Dukung Pendanaan Iklim, Kesepakatan COP29 Berjalan Lambat

PBB menyerukan negara yang tergabung dalam G20 untuk memberikan dukungan pendanaan iklim global dalam pertemuan di Rio de Janiero, Brazil.

PBB Serukan Negara G20 Dukung Pendanaan Iklim, Kesepakatan COP29 Berjalan Lambat

Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) menyerukan negara yang tergabung dalam G20 untuk memberikan dukungan pendanaan iklim global dalam pertemuan di Rio de Janiero, Brazil.

Hal tersebut tercantum dalam surat yang dibuat oleh Sekretaris Eksekutif Perubahan Iklim PBB, Simon Stiel, kepada pimpinan . Surat tersebut keluar karena negosiasi untuk mencapai kesepakatan pendanaan iklim pada perhelatan konfrensi iklim dunia atau COP 29 berjalan alot.

Menurutnya, hal tersebut diperlukan untuk meningkatkan pendanaan dalam mengatasi dampak pemanasan global yang semakin memburuk.

"KTT minggu depan harus mengirimkan sinyal global yang sangat jelas," ujar Stiel dalam surat tersebut dikutip Reuters, Senin (18/11).

Stiel mengatakan negara yang tergabung dalam G20 harus mendukung peningkatan hibah dan pinjaman, bersama dengan keringanan utang, Dengan demikian, negara-negara rentan tidak akan terbebani untuk membuat tindakan yang berani dalam mengatasi perubahan iklim.

Sementara itu, kelompok bisnis yang terdiri dari We Mean Business Coalition, United Nations Global Compact dan Dewan Brasil untuk Pembangunan Berkelanjutan, menyatakan tidak ada fokus dan kemajuan yang signifikan dalam perhelatan COP 29.

"Kami menyerukan kepada pemerintah, yang dipimpin oleh G20, untuk memenuhi momen dan memberikan kebijakan untuk percepatan peralihan dari bahan bakar fosil ke masa depan energi bersih, untuk membuka investasi sektor swasta yang penting yang dibutuhkan," tulis koalisi kelompok bisnis dalam surat terpisah.

Pejabat iklim Brasil, Ana Toni, berharap adanya sinyal yang sangat kuat tentang iklim dari pertemuan G20.

Perundingan COP29 Berjalan Lambat

Keberhasilan KTT iklim PBB tahun ini akan sangat bergantung pada apakah negara-negara dapat menyetujui target keuangan tahunan baru untuk negara-negara kaya, pemberi pinjaman pembangunan, dan sektor swasta.

Negara-negara berkembang membutuhkan setidaknya US$ 1 triliun per tahun untuk mengatasi perubahan iklim. Tetapi negosiator telah membuat kemajuan yang lambat, di tengah konferensi dua minggu.

Utusan iklim Swedia, Mattias Frumerie, mengatakan negosiasi keuangan belum memecahkan masalah terberat: seberapa besar target seharusnya, atau negara mana yang harus membayar.

"Perpecahan yang kami lihat datang ke pertemuan masih ada, yang menyisakan cukup banyak pekerjaan bagi para menteri minggu ini," ujar Mattias kepada Reuters.

Wakil negosiator utama COP29, Samir Bejanov, mendesak negara-negara untuk melampaui perbedaan mereka.

"Selama beberapa hari terakhir, beberapa orang meragukan apakah secara kolektif kita dapat memberikannya. Sudah waktunya bagi para negosiator untuk mulai membuktikan bahwa mereka salah," ujar Samir.

Para negosiator Eropa menyebut, negara-negara penghasil minyak besar termasuk Arab Saudi juga memblokir diskusi tentang bagaimana memajukan kesepakatan KTT COP28 tahun lalu untuk mentransisikan dunia dari bahan bakar fosil.