Pensiun Dini PLTU Cirebon-1 Berpotensi Tarik Investasi Rp 3,2 Triliun
Pensiun dini PLTU Cirebon-1 diperkirakan bisa menarik potensi investasi hingga senilai US$ 198 juta atau setara dengan Rp 3, 2 triliun.
Pensiun dini PLTU Cirebon-1 diperkirakan bisa menarik potensi investasi hingga senilai US$ 198 juta atau setara dengan Rp 3,2 triliun. Potensi investasi tersebut berasal dari pembangunan pabrik panel surya dan baterai listrik.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia, mengatakan Indonesia tetap berencana untuk melakukan pensiun dini PLTU Cirebon-1. Hal ini merupakan komitmen Indonesia dalam mencapai net zero emission pada 2060. "
Sebagai bentuk komitmen kita, Indonesia mempensiunkan dini 660 Megawatt PLTU Cirebon-1, tujuh tahun sebelum masa pensiun, kita tarik," ujar Bahlil saat konferensi pers "Pencapaian Kinerja Kementerian ESDM 2024" di Jakarta, Senin (3/2).
Menurut Bahlil, pensiun dini PLTU Cirebon-1 akan digantikan oleh pembangkit listrik energi baru terbarukan. Pengganti PLTU Cirebon-1 tersebut terdiri dari pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) dan baterai listrik 700 megawatt, pembangkit listrik tenaga bayu (PLTB) 1.000 MW, PLTR 346 MW, dan pembangkit listrik tenaga sampah (PLTSa) 12 MW. Selain investasi, pensiun dini PLTU Cirebon juga akan menciptakan potensi lapangan kerja untuk 39.707 orang.
Dia mengatakan, pensiun dini PLTU Cirebon-1 bisa dieksekusi karena ada pembiayaan dari Asian Development Bank . Selain itu setelah dilakukan perhitungan, pensiun dini PLTU Cirebon-1 secara ekonomis memungkinkan.
"Jadi kita mau pensiun dini dengan dua syarat, pertama ada yang membiayai, dan saat kita hitung tidak terlalu membebani negara, tidak membebani PLN, dan tidak membebani rakyat. Kalau ada yang membiayai murah seperti ini Alhamdulillah. Kalau bisa kita pensiunkan semua, yang penting ada yang membiayai dong," ujarnya.
Bahlil mengkritik sejumlah pihak yang memaksa Indonesia untuk melakukan pensiun dini. Menurut dia, pensiun dini PLTU harus dilakukan secara cermat sehingga tidak merugikan negara.
"Jangan paksa negara kita harus pensiunkan dini, tapi habis itu cuma omon omon, uangnya gak ada," ujarnya.
Dia menegaskan Indonesia sangat terbuka untuk opsi pensiun dini PLTU. Namun dengan catatan ada pembiayaan dengan bunga yang tidak mahal, pinjaman jangka panjang, serta tidak menyebabkan harga listrik menjadi naik.
"Harga sampai ke rakyat murah dan tidak membebani subsidi. Andaikan ada subsidi oke, tapi harga yang sekarang, jangan dinaikkan," ujarnya.