PMI Manufaktur Naik ke 51,9, Level Tertinggi Sejak Mei 2024
PMI manufaktur Indonesia naik 0, 7 poin secara bulanan menjadi 51, 9 per Januari 2025. S&P Global menulis, produksi dan permintaan baru terus naik.
Lembaga pemeringkat S&P Global mendata indeks manajer pembelian atau Indonesia naik 0,7 poin secara bulanan menjadi 51,9 per Januari 2025. Angka ini menempati posisi tertinggi sejak Mei 2024.
S&P Global menulis, kondisi manufaktur Indonesia memulai 2025 dengan awal yang solid. Produksi dan permintaan baru terus naik. Di saat yang bersamaan, perusahaan menambah jumlah karyawan pada tingkat tertinggi selama dua setengah tahun.
Kondisi itu menggambarkan optimisme karena perusahaan menaikkan aktivitas pembelian dan memperkuat persediaan inventaris input dan output. “Sektor manufaktur Indonesia mengalami ekspansi cepat pada Januari 2025, didukung oleh kenaikan output secara bersamaan,” kata Direktur S&P Global Paul Smith dalam keterangan resmi, dikutip Senin (3/2).
PMI merupakan indeks yang menunjukkan performa sektor manufaktur sebuah negara. Secara rinci, index di bawah 50,0 poin menunjukkan kondisi kontraksi sektor manufaktur, sedangkan index di atas 50,0 menunjukkan kondisi ekspansif.
Tren ekspansif sektor manufaktur Indonesia berakhir pada Juli 2024 seiring dengan susutnya PMI Indonesia ke level 49.3. Ketika itu, indeksnya tercatat di atas 50,0 selama 34 bulan berturut-turut atau sejak September 2021.
Meski poin PMI meningkat, namun inflasi biaya tetap terlihat di tengah kenaikan harga bahan baku secara luas. Akan tetapi biaya produksi hanya naik sedikit karena beberapa perusahaan berusaha meningkatkan penjualan melalui diskon.
“Perusahaan tetap berhati-hati dalam meneruskan biaya yang lebih tinggi kepada pelanggan mereka. Data terbaru menunjukkan hanya ada peningkatan terbatas dalam biaya output selama sebulan,” ujarnya.
S&P Global mengatakan data survei terkini mengungkapkan pertumbuhan output manufaktur meningkat. Produksi kini naik selama tiga bulan berturut-turut dan ekspansi pada awal 2025 merupakan yang terbaik sejak bulan Mei lalu.
Kenaikan volume permintaan baru membantu mendukung produksi, dengan data terkini kembali menunjukkan ekspansi pekerjaan baru yang solid meski sedikit lebih lambat. Permintaan pasar dilaporkan membaik, terutama dari dalam dan luar negeri.
Kinerja PMI ASEAN Turun
Berdasarkan data S&P Global, PMI Manufaktur di ASEAN turun 0,3 poin menjadi 50,4 pada Januari 2025. Angka ini merupakan kinerja PMI ASEAN yang terendah sejak 11 bulan terakhir. Kinerja PMI manufaktur Indonesia lebih baik dibandingkan kelompok negara Asia Tenggara itu.
“Permintaan baru dan output mengalami ekspansi pada laju lebih lambat, dan pasar ekspor terus menghambat pertumbuhan penjualan secara keseluruhan,” kata Ekonom di S&P Global Market Intelligence Maryam Baluch.
Berikut daftar PMI Manufaktur beberapa negara di ASEAN pada Januari 2025:
- Indonesia: 51,9 poin, naik 0,7 dibandingkan bulan sebelumnya
- Malaysia: 48,7 poin, naik 0,1 dibandingkan Desember 2024.
- Vietnam: 48,9 poin, turun 0,9 dibandingkan periode sebelumnya
- Myanmar: 47,4 poin, turun 3,0 dibandingkan bulan sebelumnya
- Filipina: 52,3 poin, turun 2,0 dibandingkan Desember 2024
- Thailand: 49,6 poin, turun 1,8 dibandingkan periode sebelumnya