Sara Duterte Dimakzulkan, Retak Hubungan Sara Duterte dan Marcos Jr Kian Menganga

Presiden Filipina Ferdinand Marcos Jr. mengaku tidak terlibat dalam proses pemakzulan wapresnya Sara Duterte.

Sara Duterte Dimakzulkan, Retak Hubungan Sara Duterte dan Marcos Jr Kian Menganga

TEMPO.CO, Jakarta -Hubungan antara Presiden Filipina Ferdinand Marcos Jr. atau Bongbong dengan wakil presidennya, , mencapai puncak konflik usai Dewan Perwakilan Rakyat Filipina memakzulkan Sara Duterte atas dugaan penyalahgunaan kekuasaan dan pelanggaran konstitusi yang berasal dari penggunaan dana rahasianya pada Rabu, 5 Februari 2025.

Selain itu, sebelumnya, pada Sabtu, 23 November 2024, Sara Duterte yang merupakan anak eks presiden Rodrigo Duterte mengungkapkan pernyataan kontroversial bahwa dia akan membunuh Marcos jika dia sendiri yang terbunuh. 

Baca berita dengan sedikit iklan,

slot-iklan-300x600

Merspons pernyataan Duterte kali itu, Kantor Komunikasi Kepresidenan langsung merilis pernyataan. "Bertindak berdasarkan pernyataan Wakil Presiden yang jelas dan tegas bahwa dia telah mengontrak seorang pembunuh untuk membunuh Presiden jika dugaan rencana pembunuhan terhadap dirinya berhasil, Sekretaris Eksekutif telah merujuk ancaman aktif ini untuk segera mengambil tindakan yang tepat," kata kantor Bongbong Marcos pada Sabtu, 23 November 2024.

Sebelum berseteru, Sara Duterte dan Marcos adalah sekutu. Mereka disumpah sebagai presiden dan wakil presiden pada 2022. Namun, hubungan mereka memburuk sejak Sara mendukung Marcos sebagai presiden dan memilih maju sebagai wakil presiden.

Sementara itu, terkait pemakzulan Sara Duterte, Marcos mengaku tidak terlibat dalam proses pemakzulan yang sedang berlangsung seraya menekankan bahwa kabinet pemerintah eksekutif tidak terlibat dalam masalah itu. "Pemerintah tidak memiliki kekuasaan untuk memakzulkan," ujar Marcos dalam arahan pers di Istana Malacanang pada Kamis, 6 Februari 2025 dilansir dari Antara.

Marcos juga menegaskan bahwa baik DPR maupun Senat tidak memiliki pilihan selain untuk menangani keluhan pemakzulan tersebut. "Ketika usulan pemakzulan diajukan, DPR dan Senat tidak memiliki pilihan. Mereka harus mengakui keluhan yang telah diajukan dan berunding, dan itulah yang terjadi saat ini," ujar Marcos.

Mengingat perkembangan tersebut, Marcos mengatakan bersedia mengadakan sidang khusus Kongres jika Senat memintanya. Adapun pada Rabu, 5 Februari 2025, 215 anggota DPR Filipina memberikan suara dukungan untuk memakzulkan Wapres Sara Duterte dan mengajukannya ke majelis tinggi.

Meski kini hubungan keduanya tengah memanas, sebelumnya Sara Duterte dan Marcos sempat bersekutu. Maka, berikut rekam jejak perjalanan hubungan keluarga Duterte dan Marcos.

Untuk diketahui, Partai Rodrigo Duterte, ayah Sara Duterte yang merupakan presiden Filipina sebelumnya, pernah menyatakan dukungan untuk Bongbong Marcos pada Maret 2022. Ketua partai LDP-Laban Alfonso Cusi tidak menyebutkan apakah dukungan partai terhadap Marcos itu berarti bahwa Presiden Duterte sendiri mendukung Marcos. 

Adapun, Rodrigo Duterte awalnya sudah menyiapkan putrinya Sara, untuk maju dalam pilpres. Namun Sara memilih berkoalisi dengan Bongbong Marcos agar dukungan terhadap mereka menguat dan menjadi pemenang mutlak dalam pilpres 2022. Di Filipina, presiden dan wakil presiden dipilih secara terpisah. Marcos dan Sara Duterte diambil sumpahnya sebagai presiden dan wapres pada Juni 2022. 

Marcos Dituduh Ingin Ubah Konstitusi

Ketegangan antara Marcos  dan Rodrigo Duterte meningkat pada Januari 2024. Mantan Presiden tersebut menuduh Marcos dan sekutunya di lembaga legislatif berencana mengamandemen konstitusi untuk menghapus batasan masa jabatan.

Sementara Duterte mengecam tindakan tersebut dan mengingatkan bahwa hal itu bisa mengakibatkan nasib serupa dengan ayah Marcos, yaitu mendiang diktator Ferdinand Marcos. Duterte juga menuduh Marcos sebagai pengguna narkoba.

Merespons tuduhan Duterte tersebut, Marcos dengan nada mengejek menyebut bahwa dia tidak akan membenarkan klaim tersebut dan menegaskan bahwa pendahulunya menggunakan fentanil, sejenis obat opioid kuat. Duterte sendiri mengaku menggunakan fentanil untuk meredakan rasa sakit akibat cedera akibat kecelakaan sepeda motor pada tahun 2016, tetapi pengacaranya menyatakan bahwa Duterte telah menghentikan penggunaannya sebelum menjadi presiden. 

Anak Rodrigo Duterte Sebut Marcos Malas

Putra Rodrigo Duterte mendesak Marcos untuk mengundurkan diri pada Januari 2024 yang menandakan keretakan dua keluarga yang berkuasa ini kian tajam. Keretakan muncul karena kebijakan antinarkoba dan luar negeri Marcos yang berbeda jauh dengan saat Rodrigo Duterte berkuasa. 

Dilansir dari Reuters, Sebastian Duterte, yang merupakan wali kota kota Davao, Filipina mengatakan telah terjadi peningkatan kejahatan setelah kampanye garis keras ayahnya dilonggarkan. Dalam sebuah forum, ia juga menuduh Marcos membahayakan warga Filipina yang tidak bersalah dengan mengizinkan warga Amerika masuk. Ia mengacu pada perluasan akses AS ke pangkalan militer, termasuk beberapa pangkalan yang dekat dengan Taiwan. Ayahnya, Rodrigo Duterte telah menjalin hubungan yang lebih erat dengan Cina.

Lebih lanjut, Sebastian Duterte juga menentang keputusan Marcos untuk memulai kembali perundingan perdamaian dengan pemberontak komunis. Menurutnya, Marcos tidak tahu apa pun tentang penderitaan orang-orang yang tinggal di daerah yang dulunya merupakan basis pemberontak. "Kalian pemalas dan tidak punya belas kasihan. Itulah sebabnya kami tidak bahagia," katanya.

Sara Duterte Mundur dari Kabinet 

mengundurkan diri dari jabatannnya sebagai Menteri Pendidikan dan jabatan penting lainnya pada Juni 2024. Namun ia tak mundur dari jabatan wakil presiden.

Dinukil dari Reuters, Marcos telah menerima pengunduran diri Duterte dari jabatan menteri pendidikan dan wakil ketua satuan tugas antipemberontakan, menurut Sekretaris Komunikasi Kepresidenan Cheloy Garafil.

Melalui konferensi pers, Sara Duterte mengatakan bahwa pengunduran dirinya bukan karena kelemahan tetapi karena perhatian yang tulus terhadap guru dan kaum muda.

Filipina Izinkan ICC Periksa Rodrigo Duterte 

Pemerintah Filipina mengatakan tidak akan menghalangi jika mantan Presiden Rodrigo Duterte ingin menyerahkan diri ke Mahkamah Kriminal Internasional. Eks Presiden Duterte terbelit kasus akibat perang melawan narkoba yang digagasnya.

Dalam sidang kongres yang dilaksanakan pada Rabu, 13 November 2024, mengenai tindakan keras  terhadap narkotika yang menewaskan ribuan warga Filipina, dilansir dari Reuters, Duterte yang temperamental mengatakan dia tidak takut dengan ICC. Ia mendesak agar penyelidikannya tentang kemungkinan kejahatan terhadap kemanusiaan yang dilakukannya agar dipercepat.

Kantor Presiden lalu mengeluarkan pernyataan beberapa jam kemudian yang menunjukkan pihaknya bersedia mempertimbangkan penyerahan Duterte jika permintaan Interpol diajukan. "Pemerintah akan merasa berkewajiban untuk mempertimbangkan red notice sebagai permintaan yang harus dihormati, dalam hal ini lembaga penegak hukum domestik harus terikat untuk memberikan kerja sama penuh," kata Sekretaris Eksekutif presiden Lucas Bersamin.

Untuk diketahui, merujuk data kepolisian, lebih dari 6.200 orang tewas dalam operasi antinarkoba di bawah Duterte. Kelompok hak asasi manusia meyakini jumlah korban sebenarnya jauh lebih besar. Ribuan pengguna dan pengedar kecil narkoba tewas dalam keadaan misterius oleh penyerang tak dikenal.

Dewi Rina Cahyani berkontribusi dalam penulisan artikel ini.

Pilihan editor: