Simposium di IKIP Bojonegoro: Porsi Kurikulum Sastra di Sekolah dan Kampus Perlu Ditambah

Simposium di IKIP Bojonegoro: Porsi Kurikulum Sastra di Sekolah dan Kampus Perlu Ditambah. ????Dalam sebuah gelaran simposium membahas sastra dan sastrawan Pramoedya Ananta Toer, di Auditorium Institut Keguruan Ilmu Pendidikan (IKIP) Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Bojonegoro -- Ikuti kami di ????https://bit.ly/392voLE #beritaviral #jawatimur #viral berita #beritaterkini #terpopuler #news #beritajatim #infojatim #newsupdate #FYI #fyp

Simposium di IKIP Bojonegoro: Porsi Kurikulum Sastra di Sekolah dan Kampus Perlu Ditambah

Bojonegoro (beritajatim.com) – Dalam sebuah gelaran simposium membahas sastra dan sastrawan Pramoedya Ananta Toer, di Auditorium Institut Keguruan Ilmu Pendidikan (IKIP) Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Bojonegoro menghasilkan sebuah rekomendasi untuk kurikulum sastra di sekolah dan kampus.

Salah satunya adalah porsi sastra yang sudah ada di sekolah dan kampus ini perlu ditambah proporsionalnya. Seperti yang disampaikan narasumber dalam gelaran tersebut, Pendidik dan Pengawas Cabang Dinas Pendidikan (Cabdisdik) Jawa Timur (Bojonegoro-Tuban), Anis Fatul Cholis.

Menurutnya, sejauh ini sastra sudah masuk pada kurikulum SMA/SMK di Bojonegoro. Hanya saja porsinya belum signifikan. Masih perlu upaya lebih untuk meningkatkan idealitas sastra dalam pembelajaran. Supaya sastra sampai ke pelajar secara konkret.

“Salah satu yang bisa kami upayakan adalah mendorong SMA/SMK untuk memiliki ekstrakulikuler sastra. Juga mengajak para guru Bahasa Indonesia punya konsen lebih terhadap sastra,” tuturnya.

Kegiatan dengan tajuk Sastra Masuk Kurikulum Sekolah-Kampus itu diselenggarakan untuk memperingati 100 tahun atau satu abad kelahiran sastrawan Pramoedya Ananta Toer yang jatuh pada Kamis (6/2/2025) mendatang.

Narasumber lain dalam kegiatan yang diinisiasi Bojonegoro Raya itu adalah, Tokoh Literasi Bojonegoro Nanang Fahrudin. Nanang Fahrudin mengupas vitalnya sosok plus karya sastra Pramoedya Ananta Toer untuk dikenali pelajar-mahasiswa.

“Sastra punya pengaruh positif untuk membangun karakter pelajar-mahasiswa. Bisa menguatkan empati atau mengasah perasaan kemanusiaan. Termasuk, semua karya sastra Pramoedya Ananta Toer itu,” ujarnya dalam simposium, Selasa (4/2/2025).

Sastra, tambah Nanang, juga mengandung edukasi sejarah. Barisan fragmen masa lalu Indonesia yang penting-penting, direkam cukup banyak dalam karya sastra. Terutama karya-karya sastra karangan Pramoedya Ananta Toer. Semisal novel Bumi Manusia dan Arus Balik.

“Sejarah patut diketahui pelajar-mahasiswa. Sastra menyediakan itu (sejarah,red) dalam bentuk cerita. Jadi, lebih naratif, lebih enak dibaca, lebih mudah dipahami,” tutur tokoh literasi yang juga jurnalis senior tersebut.

Mengacu kedudukan sastra berikut karya Pramoedya Ananta Toer yang demikian, Nanang menyebut, sungguh patut jika keduanya masuk kurikulum sekolah dan kampus. Dengan porsi lebih banyak. Tidak sekadar menempel pada mata pelajaran atau mata kuliah Bahasa Indonesia.

Senada, Masnuatul Hawa menyampaikan, sastra penting untuk mahasiswa. Di program studi (prodi) Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia IKIP PGRI Bojonegoro, pengajaran, pembacaan, maupun pembahasan sastra, sudah cukup intens. Namun, tetap perlu ditingkatkan.

“Terutama bagaimana mengimplementasikan sastra di dalam kehidupan masyarakat. Kami butuh kolaborasi dengan banyak pihak untuk itu. Salah satunya, Pemkab Bojonegoro,” jelasnya.

Ditanya apakah Pramoedya Ananta Toer yang dekat dengan Lembaga Kebudayaan Rakyat (Lekra) dan sempat menjadi narapidana politik era Orde Baru masih menjadi momok bagi dunia pendidikan? Anis dan Hawa kompak mengatakan tidak. Kini, era telah berbeda. Ilmu bisa diteguk dari mana saja, dari siapa saja.

Sementara itu, Muhammad Kholil mengaku, Dinas Perpustakaan dan Kearsipan (Dispersip) Bojonegoro sejauh ini cukup konsen terhadap sastra. Hanya saja, ruang dan anggarannya terbatas. Ke depan, konsen terhadap sastra maupun literasi secara umum akan lebih ditingkatkan. Butuh kolaborasi dengan banyak pihak untuk itu.

“Terutama, sekolah, kampus, dan komunitas literasi. Dengan cara-cara yang memungkinkan, kita bisa bekerja sama untuk meningkatkan literasi,” tuturnya.

Untuk diketahui, sekitar 100 peserta simposium Sastra Masuk Kurikulum Sekolah-Kampus ini merupakan para literat dari Disdik Bojonegoro, Disbudpar Bojonegoro, Dispersip Bojonegoro, MGMP Bahasa Indonesia Bojonegoro, sejumlah kampus di Bojonegoro serta komunitas literasi di Bojonegoro. [lus/ted]