Studi Ungkap Model Komputer Baru yang Bisa Identifikasi Sel Imun Penyerang Tumor
Salah satu tantangan dalam imunoterapi adalah sulitnya mengidentifikasi sel T yang aktif melawan tumor.
TEMPO.CO, Jakarta - Sebuah terbaru yang diterbitkan dalam jurnal Nature Communications mengungkapkan bahwa model komputer baru bernama MANAscore dapat membantu mengidentifikasi sel imun spesifik yang melawan pada pasien . Model berbasis tiga gen ini mampu mengenali sel-sel yang menjadi target terapi inhibitor pos pemeriksaan imun serta menjelaskan perbedaan respons pasien terhadap imunoterapi.
“Neoantigen yang terkait dengan mutasi (MANAs) adalah target dari kekebalan sel T antitumor. Diperlukan uji yang sensitif, sederhana, dan terstandarisasi untuk menilai repertoar sel T spesifik MANA yang berfungsi dalam onkologi,” tulis para peneliti, dikutip dari , Jumat, 7 Februari 2025.
Penulis utama studi ini, Kellie Smith dari Universitas Johns Hopkins, mengatakan model ini dapat membantu menemukan target terapi yang lebih efektif. “Kami telah mengembangkan cara untuk mengidentifikasi sel yang secara langsung menjadi target inhibitor pos pemeriksaan imun. Jika kita dapat mengidentifikasinya, kita dapat mempelajarinya,” kata Smith. “Jika kita dapat mempelajarinya, itu berarti kita bisa menemukan biomarker yang lebih baik dan target yang lebih efektif untuk terapi kombinasi imunoterapi.”
Salah satu tantangan dalam imunoterapi adalah sulitnya mengidentifikasi sel T yang aktif melawan tumor. “Sel T yang aktif melawan tumor sangat penting untuk respons pasien terhadap terapi, tetapi sulit ditemukan,” ujar Zhen Zeng, peneliti bioinformatika di Johns Hopkins Kimmel Cancer Center.
Untuk mengatasi ini, Smith dan timnya mengembangkan teknologi MANAFEST pada 2018 dan mengombinasikannya dengan single-cell sequencing guna mengidentifikasi sel imun spesifik pada enam pasien kanker paru. Studi ini menemukan bahwa sel imun yang diaktifkan oleh imunoterapi memiliki pola ekspresi gen yang sama, yang kemudian menjadi dasar pengembangan MANAscore.
“Model kami memungkinkan kita melewati proses yang mahal dan memakan waktu dalam mengidentifikasi sel yang menjadi target imunoterapi. Ini akan membantu kita memahami perbedaan antara pasien yang merespons terapi ini dan yang tidak,” ucap Smith. Dia mengaku bukan yang pertama mengembangkan model seperti ini, tapi keunggulan model MANAScore adalah hanya menggunakan tiga gen. “Sedangkan model lain biasanya membutuhkan lebih dari 200 gen. Model kami lebih sederhana dan mudah digunakan.”
Penelitian juga menemukan bahwa pasien yang merespons imunoterapi memiliki lebih banyak sel T memori mirip sel punca, yang dapat berkembang menjadi sel antitumor yang lebih efektif. Tim kini berfokus mengembangkan tes klinis berbasis panel imunofluoresensi multispektral untuk mendeteksi tanda tiga gen dalam sel T yang merespons imunoterapi. Jika terus dikembangkan, MANAscore berpotensi menjadi alat universal untuk meningkatkan efektivitas imunoterapi dalam onkologi presisi.