Tipu-tipu Netanyahu dan Sakit Hati IDF: Banyak Pasukan Mati, tapi Hamas Tambah Berkuasa
REPUBLIKA.CO.ID, GAZA-- Gencatan senjata Hamas Palestina-Israel menjadi angin segar bagi warga Palestina. Kini mereka meninggalkan kamp pengungsian dan bersorak sorai gembira bersama sejuta warga Gaza di Lapangan Saraya dan berbagai pusat...
Warga Palestina merayakan pengumuman kesepakatan gencatan senjata antara Hamas dan Israel di Deir al-Balah, Jalur Gaza tengah, Rabu, 15 Januari 2025.
REPUBLIKA.CO.ID, GAZA-- Gencatan senjata Palestina-Israel menjadi angin segar bagi warga Palestina. Kini mereka meninggalkan kamp pengungsian dan bersorak sorai gembira bersama sejuta warga Gaza di Lapangan Saraya dan berbagai pusat kota tersebut.
Warga Palestina berbahagia menyambut kedatangan saudara mereka yang semula ditahan Israel, kini kembali ke rumah masing-masing. Di sana mereka bersuka ria kembali dalam pelukan hangat keluarga masing-masing.
Kegembiraan mereka juga menjadi kegembiraan warga Israel. Sebab sandera yang ditahan Hamas kini dibebaskan. Mereka dapat kembali berkumpul dengan keluarga. Warga Israel bergembira menyambut kedatangan para sandera
Di tengah kegembiraan tersebut, pemerintah, terutama militer Israel adalah pihak yang merasa dirugikan dengan adanya perjanjian gencatan senjata. Penjelasannya adalah sebagai berikut,
Pada Mei tahun lalu, Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dengan lantang menyuarakan janjinya untuk menghabisi Hamas. “Menyerah pada tuntutan Hamas akan menjadi kekalahan besar bagi Negara Israel. Kami tidak siap menerima situasi di mana brigade Hamas keluar dari persembunyiannya dan kembali menguasai Gaza,” kata yang didukung kelompok zionis ekstremis di belakangnya.
Omongan itu dilanjutkan dengan bombardir Gaza habis-habisan, menembaki anak-anak, membiarkan bayi-bayi Gaza wafat karena kedinginan, menutup Rafah dari kiriman dari berbagai belahan dunia. Semua itu menjadi dosa besar paling biadab di dunia ini, genosida.
Netanyahu menekankan tujuan utama perangnya, yaitu untuk menghancurkan gerakan Hamas dan mencegahnya kembali menjadi kekuatan dominan di Gaza. Namun lebih dari 250 hari telah berlalu sejak pernyataan itu, dan 470 hari telah berlalu sejak dimulainya agresi Israel, janji Netanyahu hanya fatamorgana.
Loading...