WHO Kecewa AS Mundur dari Organisasi, Desak Trump Lanjutkan Kemitraan
WHO mengatakan bahwa pihaknya menyesalkan keputusan Presiden AS Donald Trump keluar dari organisasi badan kesehatan dunia.
TRIBUNNEWS.COM - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan bahwa pihaknya menyesalkan keputusan Presiden AS keluar dari organisasi badan kesehatan dunia.
Dalam keteragan resminya, meminta , presiden terpilih ke-47 AS untuk mempertimbangkannya kembali keputusannya.
WHO mengungkap bahwa pihaknya siap terlibat dalam dialog yang konstruktif demi menjaga kemitraan antara AS dan .
Hal ini dilakukan untuk kepentingan kesehatan dan kesejahteraan jutaan orang di seluruh dunia.
AS memegang peran penting dengan menjadi pendonor terbesar bagi organisasi yang berpusat di Jenewa itu.
Termasuk menyediakan dukungan keuangan besar yang vital bagi operasi .
"WHO memainkan peran penting dalam melindungi kesehatan dan keamanan masyarakat dunia, termasuk warga Amerika," kata juru bicara , Tarik Jasarevic.
"Kami berharap Amerika Serikat akan mempertimbangkannya kembali dan kami berharap dapat terlibat dalam dialog yang konstruktif untuk menjaga kemitraan antara AS dan WHO, demi kepentingan kesehatan dan kesejahteraan jutaan orang di seluruh dunia,” imbuhnya dalam
Trump Sebut WHO Gagal
Permintan ini dikirimkan tepat setelah yang merupakan anggota pendiri sejak tahun 1948 memutuskan untuk mundur dari organisasi itu.
Keputusan itu di umumkan Presiden Trump sehari setelah pelantikannya digelar.
Trump beralasan perintah eksekutif yang mengarahkan Amerika Serikat untuk menarik diri dari WHO, lantaran organisasi tersebut dianggap salah dalam menangani pandemi COVID
Baca juga:
Tak hanya itu, Trump menilai gagal dalam mengadopsi reformasi yang sangat dibutuhkan dalam menangani krisis kesehata global.
"Itu kesalahan besar. Badan Kesehatan Dunia telah salah menangani pandemi Covid-19 dan krisis kesehatan internasional lainnya," kata Trump, dikutip l.
Menurut Trump, terlalu terpengaruh oleh pengaruh politik yang tidak pantas dari negara-negara anggota dan membebani AS dengan kontribusi pembayaran yang tidak proporsional dibandingkan dengan negara-negara besar lain, seperti .