200 Lebih Forklift Milik Toyota akan Gunakan Bahan Bakar Hidrogen 

Khusus untuk pengisian Mirai, Toyota HRS hanya memerlukan waktu 3 menit hingga 5 menit, lebih cepat dari charging kendaraan listrik.

200 Lebih Forklift Milik Toyota akan Gunakan Bahan Bakar Hidrogen 

TRIBUNNEWS.COM, KARAWANG - Indonesia baru saja meresmikan Stasiun Pengisian Daya Hidrogen atau Hydrogen Refueling Station (HRS) di xEV Center, Karawang, Jawa Barat, Selasa (11/2/2025).

HRS tersebut memiliki dua pompa bertekanan 350 bar dan 700 bar. Fasilitas ini akan mendukung operasional kendaraan di pabrik di Karawang.

Unit operasional yang akan menggunakan bahan bakar dari HRS tersebut berjenis forklift. PT Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) saat ini memiliki lebih dari 200 forklift untuk mendukung operasional pabrik mereka.

"Kalau forklift segera kami lakukan. Untuk industri kami punya lebih dari 200 forklift. Jadi satu persatu nanti kami akan modifikasi ya," tutur Presiden Direktur PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) Nandi Julyanto saat launching Toyota Hydrogen Refueling Station di xEV Center, Karawang, Jawa Barat, Selasa (11/2/2025).

Baca juga:

Fasilitas HRS Indonesia ini memiliki kemampuan untuk mengisi bahan bakar dengan tekanan 350 bar untuk Mirai dan fuel cell (FC) truck, serta 700 bar untuk Fuel Cell (FC) forklift.

Khusus untuk pengisian Mirai, HRS hanya memerlukan waktu 3 menit hingga 5 menit. Lebih cepat dari charging kendaraan listrik.

"Ke depannya, kami berharap HRS ini dapat mengakselerasi adopsi teknologi hydrogen di Indonesia, baik itu untuk mobility dan sektor lainnya," ucap Nandi.

Bahan bakar menjadi alternatif sumber energi masa depan bersifat ecoenergy dengan proses pembakaran yang hanya menghasilkan air dan energi.

Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi Kementrian ESDM Eniya Listiani Dewi, berharap inisiasi yang dilakukan bisa terus berkembang dalam 5 tahun ke depan dan bisa membawa Indonesia untuk mengadopsi bahan bakar jenis ini lebih banyak.

"Mudah-mudahan 5-6 tahun itu infrastrukturnya sudah lengkap, nanti secara ekosistem sudah ada, mungkin beberapa area dulu, karena nggak mungkin ke seluruh area. Mungkin 2030 mudah-mudahan sudah bisa kita lakukan," ucap Eniya.