4,9 Juta Database BCA Mobile Disebut Jadi Target Ransomware, Begini Respons BCA
Manajemen BCA merespons kabar adanya ancaman peretasan 4 juta data nasabah. Mereka memastikan kabar tersebut tidak benar.
Perbankan raksasa Tanah Air PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) atau BCA disebut-sebut tengah menjadi target kelompok ransomware. Kabar terbaru kelompok ini mengancam 4,9 miliar database yang disebut milik nasabah BCA Mobile.
Merujuk informasi yang beredar media sosial X, akun @bjorkanesiaaa menjawir akun @BankBCA dan memuat tangkapan layar accesses and database BCA Mobile. Dalam tangkapan layar tersebut, tertulis 890.000 layar accesses dan 4,9 juta database.
“Sebuah kejutan bagi bank-bank di Indonesia, jika tidak merespon hal ini maka bank BCA akan mengalami pembobolan besar-besaran,” tulis @bjorkanesiaaa dalam unggahannya, Rabu (5/2).
Bjorkanesiaaa juga menyampaikan BSI dan BCA menjadi sasaran kelompok ransomware. Mereka bahkan menyebut kelompok ransomware lintas negara mungkin akan mengincar semua bank di Indonesia.
“Tapi entahlah hanya mencoba menebak-nebak saja, hahahaha,” tambahnya.
Merespons kabar yang beredar EVP Corporate Communication & Social Responsibility BCA, Hera F. Haryn menyampaikan pandangan manajemen. Ia mengatakan kabar sehubungan dengan informasi di media sosial yang mengklaim adanya data nasabah BCA yang tersebar di medsos itu tidak benar.
“Saat ini, kami memastikan bahwa data nasabah tetap aman,” kata Hera kepada Katadata.co.id, Kamis (6/2).
BCA juga mengimbau nasabah BCA untuk selalu waspada terhadap berbagai modus penipuan yang mengatasnamakan BCA dengan tujuan memperoleh data perbankan pribadi.
Demi mengantisipasi adanya peretasan, Hera meminta nasabah agar tidak membagikan informasi rahasia kepada pihak lain. Informasi itu berkaitan dengan BCA ID, password, One Time Password (OTP), dan Personal Identification Number (PIN) kepada siapa pun.
Selain itu, Hera mengingatkan, demi meningkatkan keamanan, nasabah disarankan untuk secara rutin mengubah PIN dan password. Sebagai langkah perlindungan, BCA menurut Hera terus memperkuat sistem keamanan dengan menerapkan strategi berlapis serta berbagai upaya mitigasi risiko.
"Hal itu demi memastikan perlindungan data dan transaksi digital nasabah tetap terjaga," ujar Hera lagi.
Adapun ramsomware adalah jenis virus atau malware berbahaya yang digunakan untuk mengenkripsi data pengguna pada sustu perangkat jaringan atau perangkat komputer. Pada umumnya, aksi pencurian data ini bertujuan untuk memberikan keuntungan tertentu bagi para pelaku kejahatan siber.