Bahlil: Pengelolaan batu bara yang lebih bersih jadi opsi energi murah
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia mengatakan, pengelolaan batu bara yang lebih bersih ...
![Bahlil: Pengelolaan batu bara yang lebih bersih jadi opsi energi murah](https://img.antaranews.com/cache/1200x800/2025/02/11/IMG_0352.jpeg)
Saya buat rumusan dengan tim PLN agar jangan berpikir kalau batu bara itu kotor, sekarang harus berpikir batu bara yang bersih dengan cara menangkap karbon CO2 untuk dimasukkan di CCS (Carbon Capture and Storage)
Jakarta (ANTARA) - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia mengatakan, pengelolaan batu bara yang lebih bersih dapat menjadi opsi energi murah tetapi ramah lingkungan.
“Saya buat rumusan dengan tim PLN agar jangan berpikir kalau batu bara itu kotor, sekarang harus berpikir batu bara yang bersih dengan cara menangkap karbon CO2 untuk dimasukkan di CCS (Carbon Capture and Storage),” kata Bahlil dalam pidatonya di Mandiri Investment Forum (MIF) 2025 yang digelar secara hibrida di Jakarta, Selasa.
Adapun Carbon Capture and Storage (CSS) adalah teknologi untuk menangkap dan menyimpan karbon dioksida (CO2) dari hasil pembakaran batu bara. Teknologi ini dapat membantu mengurangi emisi gas rumah kaca dan memiliki kontribusi dalam memerangi perubahan iklim.
Bahlil menilai pemanfaatan batu bara yang lebih bersih dengan teknologi ini juga tergolong lebih murah dan menjadi salah satu teknologi bersih yang dapat menjembatani masa transisi menuju energi alternatif dan terbarukan.
“Setelah dihitung, biaya (untuk menghasilkan) 1 kwh dari batu bara hanya 5 sampai 6 sen (dolar AS). Sementara kalau memakai (opsi) energi terbarukan (lain) itu bisa 9 sampai 11 sen (dolar AS),” kata Bahlil.
Lebih lanjut, Bahlil menilai batu bara kembali bangkit menjadi opsi energi setelah Presiden Amerika Serikat Donald Trump menarik diri dari komitmen iklim Perjanjian Paris (Paris Agreement), beberapa waktu lalu.
“Naiknya Trump sebagai presiden AS mengubah peta dunia terkait desain energi. Industri yang berorientasi pada green energy untuk melahirkan produk bersih, jadi berubah. Kita pikir batu bara sudah mau selesai, eh, bernyawa lagi,” kata Bahlil.
“(Indonesia) Masih butuh penyesuaian (untuk menuju ke energi hijau dan terbarukan),” ujar dia menambahkan.
Meski demikian, Bahlil mengatakan, ia tetap mendorong energi baru sebagai bagian terpenting dari implementasi konsensus nol emisi 2060 serta Asta Cita Presiden RI Prabowo Subianto dengan pendekatan yang ia nilai bisa dilakukan oleh Indonesia saat ini.
“Saya lebih memilih untuk tetap komit ke energi bersih dengan blend batu bara, gas dan energi baru yang lain, tapi masyarakat tidak dikorbankan dengan harga yang mahal dan negara juga tidak dibebani dengan subsidi,” ujar Bahlil.
Baca juga:
Baca juga:
Baca juga:
Pewarta: Arnidhya Nur Zhafira
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2025