BBM Euro 4 Bisa Turunkan Klaim BPJS Penyakit Paru hingga Jantung, Ini Alasannya

Ketua Research Center for Climate Change alias RCCC UI Budi Haryanto menyebutkan penggunaan BBM dengan standar Euro-4 bisa menurunkan pengeluaran negara di bidang kesehatan untuk BPJS Kesehatan

BBM Euro 4 Bisa Turunkan Klaim BPJS Penyakit Paru hingga Jantung, Ini Alasannya

Ketua Research Center for Climate Change Universitas Indonesia alias RCCC UI Budi Haryanto menyebutkan penggunaan BBM dengan standar Euro-4 bisa menurunkan pengeluaran negara di bidang kesehatan. Penghematan itu mulai dari klaim BPJS pengobatan paru, jantung, hingga pneumonia.

“Dampak polusi udara terhadap pembiayaan penyakit tadi ternyata mengeluarkan Rp 884,2 miliar sampai Rp 44,7 triliun pada 2012 atau 0,03—6,4% PDB,” kata Budi dalam workshop media yang dilaksanakan Katadata Green dan Indonesian Data Journalism Network di Jakarta, Selasa (11/2). 

Budi lalu menjelaskan, semakin rendah konsentrasi polutan di udara, semakin tinggi manfaat ekonomi yang didapat. Dari perhitungannya, Indonesia bisa menghemat Rp 37,4 triliun pada 2013 dan bisa menghemat Rp 405,5 triliun pada 2018.

RCCC UI juga menemukan tiga penyakit yang bisa ditekan pengeluaran penanganannya dengan menggunakan BBM berstandar Euro-4. Penyakit ini adalah pneumonia, penyakit paru obstruktif kronis alias PPOK, dan penyakit jantung iskemik.

Lembaga ini kemudian menghitung ada pengurangan klaim BPJS hingga Rp 550 miliar hingga 2030. Hal ini menghitung penerapan penggunaan Euro-4 dengan skenario 10%, 34%, 66%, dan 100%.

Untuk klaim penyakit pneumonia di Jakarta, ada potensi penurunan klaim BPJS dari Rp 313 miliar pada Juli 2024 menjadi Rp 67 miliar pada 2030. Sementara untuk penyakit PPOK, ada penurunan dari Rp 48,3 miliar pada 2024 menjadi Rp 12,1 miliar pada 2030. Terakhir, biaya pengobatan penyakit jantung iskemik bisa berkurang dari Rp 473,6 miliar menjadi Rp 205,9 miliar.

Euro-4 sendiri adalah standar kandungan maksimal sulfur untuk bensin dan diesel sebesar 50 ppm. Saat ini, Indonesia sudah menggunakan standar Euro 4 untuk mobil berat dan mobil penumpang, namun sepeda motor masih menggunakan standar Euro 3. Dengan begitu, kandungan sulfur maksimal di bensin senilai 150 ppm sementara diesel 350 ppm.

Hanya ada tiga jenis BBM yang memenuhi standar Euro 4 dari delapan pilihan di pasaran. Pertama, BBM diesel Pertadex 53 dengan spesifikasi maksimal sulfur 50 ppm. Dari jenis bensin, ada Pertamax Green 95 dan Pertamax Turbo 98.

Sayangnya, penggunaan tiga jenis BBM ini masih sekitar 0% bila dibandingkan dengan seluruh jenis BBM. Dari jenis diesel, penggunaan paling banyak adalah Biosolar 48 subsidi dengan volume 17,3 juta kiloliter atau setara dengan 26% konsumsi nasional. 

Biosolar 48 memiliki tingkat sulfur 2.500 ppm, jauh dari standar Euro 4. Dari jenis bensin, penggunaan paling banyak adalah pertalite 90 subsidi dengan konsumsi 30,2 juta kiloliter atau setara 45%.

Berikut perbandingan pengaruh polusi udara dengan kasus tiga penyakit tersebut di Jakarta pada 2018–2023:

  • Setiap peningkatan 15 μg/m3 konsentrasi PM2.5 berhubungan dengan peningkatan 20% kasus pneumonia
  • Setiap peningkatan 15 μg/m3 konsentrasi PM2.5 berhubungan dengan peningkatan 27% kasus PPOK
  • Setiap peningkatan 15 μg/m3 konsentrasi PM2,5 berhubungan dengan peningkatan 37% kasus penyakit jantung iskemik