Gadis Penjual Es Kelapa Muda di Medan Diperkosa Bergiliran oleh Empat Remaja

Gadis penjual es kelapa muda itu mengenal seorang remaja putra di sebuah toko plastik es. Dari perkenalan itu, ia jadi sasaran pemerkosaan.

Gadis Penjual Es Kelapa Muda di Medan Diperkosa Bergiliran oleh Empat Remaja

TEMPO.CO, Jakarta - Ila, begitu dia biasa dipanggil. Anak bungsu dari dua bersaudara. Ibunya meninggal dunia tak lama dia lahir, ayahnya pergi dan enggan bertanggungjawab. Ila dan kakaknya pun tumbuh dengan menumpang hidup dari satu keluarga ke keluarga lain. Sekarang, ia menumpang di rumah pamannya di Kota .

Gadis berkulit gelap itu, pernah mengecap bangku sekolah dasar, tapi hanya sampai kelas empat. Sekarang umurnya 14 tahun. Sehari-hari dia membantu pamannya berjualan es kelapa muda. Ila sering disuruh membeli plastik es di toko tempat Putra bekerja. Sering bertemu, perempuan bertubuh gempal ini, menyukai lelaki perantauan tersebut.

Jalan dua bulan, Ila bilang mereka pacaran. Pada 25 Januari 2025, Putra mengajak Ila berkencan di kamar kos-nya. Lokasinya tak jauh dari toko plastik, Ila mengangguk. Di kamar, Putra mengajak berhubungan badan dengan janji akan menikahi, kembali Ila mengangguk.

"Itu malam Minggu, kami hubungan badan. Setelah itu dia keluar, mau beli makan dan rokok. Aku masih di kamar, kawannya masuk, sempat ku tanya mau ngapain, ditunjukin alat vital," kata Ila kepada Tempo, Rabu, 13 Februari 2025.

Menurut Ila, dia mengenal teman Putra yang masuk, namanya Samuel. Pria ini mengunci pintu, membekap mulut supaya tidak berteriak, lalu memperkosa. Selesai menumpahkan hawa nafsunya, dia keluar. Kemudian masuk dua pria lain, bergantian melakukan hal yang sama. 

"Semuanya empat orang, gak ada yang pakai pengaman. Saya gak bisa melawan. Sekarang perut dan pinggang sakit. Kencing bau setelah kejadian," ucap Ila menunduk.

Paman Ila bilang, malam kejadian, Ila pulang pukul 01.00 WIB. Biasanya tak pernah pulang larut malam. Ditanya kenapa pulangnya lama sekali, sambil menangis seperti kesurupan, Ila menceritakan apa yang dialaminya. Ahad pagi, keluarga menemui para pelaku dan mengakui perbuatannya. Mereka mau berdamai dengan memberi uang sebesar Rp 350.000. Keluarga menolak karena menilai jumlahnya tak sesuai dengan perbuatan yang dilakukan dan trauma yang dialami korban.

"Kami buat laporan ke Polrestabes Medan sehari setelah kejadian. Kami mau semua pelaku ditangkap, diproses hukum. Keponakan saya takut keluar rumah karena mereka berkeliaran," kata paman Ila.

Kapolrestabes Medan Kombes Gidion Arif Setyawan saat dikonfirmasi mengaku sudah menangkap keempat pelaku pemerkosaan. Menurutnya, para pelaku masih berusia remaja. Sudah ditahan di Unit PPA Satreskrim Polrestabes Medan untuk diproses hukum.

 "Untuk korban, kami lakukan trauma healing untuk mengobati psikologisnya," kata Gidion.