Hamas akan Bentuk Komite Teknokratis untuk Sementara Kelola Jalur Gaza

Hamas setuju untuk membentuk komite administratif teknokratis untuk mengelola rekonstruksi di Jalur Gaza.

Hamas akan Bentuk Komite Teknokratis untuk Sementara Kelola Jalur Gaza

TRIBUNNEWS.COM - Pejabat senior Gerakan Perlawanan Islam (Hamas), , mengungkapkan akan membentuk pemerintahan teknokratis yang disepakati oleh faksi-faksi untuk mengelola Jalur .

“Ada upaya untuk mengakhiri perpecahan dan mengintensifkan upaya untuk membentuk pemerintahan persatuan nasional,” kata , Rabu (22/1/2025).

Juru bicara resmi di Iran, Khaled Al-Qadoumi, juga mengumumkan telah menyetujui proposal untuk membentuk komite administratif teknokratis di .

Komite tersebut bertanggung jawab atas rekonstruksi, memberikan bantuan kemanusiaan, dan menyelenggarakan pemilu.

"Kami berupaya membentuk pemerintahan teknokrat yang disepakati oleh faksi-faksi untuk mengatur situasi di Jalur ," kata Khaled Al-Qadoumi, Rabu.

"Pasukan sipil , termasuk polisi, terlibat dalam memberikan bantuan kemanusiaan dan memberikannya kepada semua orang yang membutuhkannya," lanjutnya.

Dia menekankan terbuka untuk semua orang yang menginginkan rekonstruksi dalam kerangka visi nasional bersama.

“Hamas percaya pada persatuan dan kemitraan , yang tanpanya mustahil untuk mengelola situasi di ,” menurut apa yang dilaporkan oleh TASS.

“Jalur tidak bisa terpisah dari dan Tepi Barat, sama seperti tidak ada tanpa Jalur ,” ujarnya.

Hamas dan faksi lainnya telah berulang kali menegaskan penolakan mereka terhadap apa yang dimuat dalam pemberitaan media, baik Israel maupun Amerika, tentang rencana penguasaan oleh pihak non-Palestina.

Sementara itu, Perdana Menteri dan Menteri Luar Negeri Qatar, Mohammed bin Abdul Rahman Al Thani, berharap Otoritas Palestina akan kembali mengelola Jalur Gaza segera setelah perang Hamas dengan Israel berakhir.

Baca juga:

Jumlah Korban di Jalur Gaza

Jumlah kematian warga meningkat menjadi lebih dari 46.916 jiwa dan 110.760 lainnya terluka sejak Sabtu (7/10/2023) hingga Senin (20/1/2025) menurut Kementerian Kesehatan , dan 1.147 kematian di wilayah Israel, dikutip dari Anadolu Agency.

Sebelumnya, Israel mulai menyerang Jalur setelah gerakan perlawanan , , meluncurkan Operasi Banjir Al-Aqsa pada Sabtu (7/10/2023), untuk melawan pendudukan Israel dan kekerasan di Al-Aqsa sejak pendirian Israel di pada 1948.

Israel mengklaim ada 101 tahanan yang hidup atau tewas dan masih ditahan di Jalur , setelah pertukaran 105 tahanan dengan 240 tahanan pada akhir November 2023.

Pada Minggu (19/1/2025), Israel-Hamas melakukan pertukaran 3 wanita Israel dengan 90 warga sebagai bagian dari tahap 1 dalam perjanjian gencatan senjata.

Israel dan dijadwalkan akan kembali melakukan pertukaran tahanan pada 25 Januari 2025, dengan menukar 4 tahanan Israel dengan 120 tahanan .

(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)

Berita lain terkait