Indonesia Terima Dana Hibah Rp 248 M dari UE dan Prancis untuk Transisi Energi
Indonesia menerima hibah sebanyak 14, 7 juta Euro (sekitar Rp 248, 8 miliar) dari Uni Eropa (UE) dan Prancis untuk pengembangan transisi energi di tanah air.
Indonesia menerima hibah sebanyak 14,7 juta Euro (sekitar Rp 248,8 miliar) dari Uni Eropa (UE) dan Prancis untuk pengembangan transisi energi di tanah air.
“Uni Eropa mengalirkan dana kepada AFD (Agence Française de Développement) 14,7 juta Euro. Nah yang tadi kita sama-sama saksikan, AFD kemudian melakukan kerja sama langsung dengan PLN,” kata Sekretaris Jenderal Kementerian ESDM Dadan Kusdiana saat Kick Off Meeting Indonesia Energy Transition Facility di Jakarta, Rabu (5/2).
Dadan menjelaskan dari total dana hibah yang diberikan untuk program Indonesia Energy Transition Facility (IETF) tersebut, sebanyak 44 persen atau sekitar 6,5 juta Euro (Rp109,85 miliar) akan digunakan oleh PLN dalam pengembangan kapasitas terkait transisi energi. Sisanya akan digunakan oleh Kementerian ESDM.
“Kami kan ada kerja sama yang lain, kita ada kerja sama mineral, kita bagaimana mendorong mineral yang berkelanjutan. Itu ada kerja sama-kerja sama seperti itu,” ucapnya.
Hadir pada kesempatan yang sama, Direktur Keuangan PLN Sinthya Roesli mengatakan dukungan tersebut akan digunakan untuk persiapan proyek transisi energi, bantuan teknis, dan memastikan bahwa proyek tersebut terkait dengan transmisi atau distribusi energi terbarukan.
“ Kami sangat berterima kasih dan kami siap mendukung hal ini. Selain itu, saya rasa kami juga akan menggunakan hibah tersebut dalam beberapa bentuk pengembangan kapasitas atau peningkatan kelembagaan yang juga membantu transisi energi di kemudian hari,” tuturnya.
Duta Besar Prancis untuk Indonesia, Timor Leste dan ASEAN, Fabien Penone, menyampaikan bahwa Indonesia Energy Transition Facility menandai langkah penting dalam mempercepat transisi energi Indonesia dengan manfaat signifikan bagi wilayah.
Hibah melalui program tersebut akan fokus pada dua komponen. Pertama, dukungan untuk kebijakan energi, dan kedua, persiapan proyek energi terbarukan dan transmisi yang baru.
“Seperti yang kita semua ketahui, transisi energi adalah isu yang kompleks dan transformatif. Transisi ini tidak hanya memerlukan investasi besar, tetapi juga kemitraan yang kuat, inovasi, dan komitmen jangka panjang untuk menyeimbangkan tujuan lingkungan, ekonomi, dan sosial,” ujarnya.
Fasilitas IETF, lanjutnya, selaras dengan visi transisi energi yang adil, bertujuan untuk menciptakan peluang ekonomi baru, melindungi pekerjaan, dan mendukung komunitas yang rentan. Melalui kolaborasi tersebut, keahlian gabungan dari Indonesia, Prancis melalui AFD, dan Uni Eropa akan dimanfaatkan untuk mempercepat penerapan energi terbarukan dan mengatasi kompleksitas transisi energi
“Peluncuran fasilitas ini merupakan langkah penting dalam strategi transisi energi yang lebih luas di Indonesia. Ini mendukung tujuan dari Just Energy Transition Partnership (JETP), yang diluncurkan pada KTT G20 di Bali pada tahun 2022,” tuturnya.