Kelalaian Pengisian Data PPDS, Ratusan Siswa SMAN 1 Mempawah Terancam Gagal Masuk PTN
113 siswa kelas XII SMA Negeri 1 Mempawah, Kalimantan Barat, terancam tak dapat menempuh pendidikan di Perguruan Tinggi Negeri (PTN).
TRIBUNNEWS.COM, MEMPAWAH - Ratusan pelajar dari SMA Negeri 1 Mempawah, , melakukan aksi demonstrasi di sekolah di Jalan Raden Kusno, Kecamatan Mempawah Hilir, pada Senin, 3 Februari 2025.
Aksi ini digelar sebagai bentuk protes terhadap pihak sekolah yang dianggap lalai dalam mengakomodasi para siswa untuk mendaftar pada program Seleksi Nasional Berdasarkan Prestasi (SNBP) Tahun Ajaran 2024/2025.
Sebanyak 113 siswa kelas XII yang terancam tidak dapat mengikuti jalur tanpa tes SNBP, meskipun telah berupaya maksimal dari semester 1 hingga 5.
Para siswa yang datang dengan mengenakan kaos hitam, mengadakan aksi unjuk rasa.
Baca juga:
Mereka menuntut pertanggungjawaban dari pihak sekolah yang mereka anggap gagal memberikan layanan yang memadai, khususnya dalam pengisian data di Pangkalan Data Sekolah dan Siswa (PPDS) yang mengakibatkan mereka tidak bisa mengikuti seleksi masuk Perguruan Tinggi Negeri (PTN).
Muhammad Hafis, salah satu perwakilan siswa yang turut dalam aksi tersebut, menyampaikan kekecewaannya atas kelalaian yang terjadi, terutama yang berkaitan dengan keterlambatan pengisian yang berakibat fatal.
Ia mengungkapkan bahwa sejak kelas X hingga XII, para siswa telah berusaha maksimal untuk mempersiapkan diri mengikuti jalur SNBP.
Namun, di tengah perjuangan mereka, tidak ada respons yang memadai dari pihak Waka Kurikulum dalam mengurus pengisian data tersebut.
“Kekecewaan kami karena pihak sekolah, terutama Waka Kurikulum, lalai terhadap tugasnya. Bahkan di tengah banjir, sempat-sempatnya membuat video TikTok sambil main sampan,” ujar Hafis dengan nada kecewa.
Lebih lanjut, Hafis menambahkan bahwa kegagalan ini sangat
menyakitkan bagi siswa-siswa yang berharap masuk ke
melalui jalur SNBP, terutama bagi mereka yang memiliki
keterbatasan ekonomi dan tidak bisa mengikuti jalur ujian tulis
berbasis komputer (UTBK) yang lebih sulit.
Ia berharap pihak sekolah dapat bertanggung jawab atas kelalaian tersebut.
Menanggapi protes yang berkembang, pihak sekolah menggelar audiensi dengan orang tua siswa pada hari yang sama, di mana hadir Kepala , Endang Superi Wahyudi, bersama Waka Kurikulum Febrini dan Pengawas Dikbud Provinsi, Salihin.
Dalam audiensi tersebut, pihak sekolah meminta maaf kepada para orang tua dan siswa atas kejadian yang menyebabkan kegagalan daftar SNBP.
Baca juga:
Kepala , Endang Superi Wahyudi, menjelaskan bahwa keterlambatan pengisian data terjadi karena adanya masalah teknis dan kendala waktu yang menghambat proses finalisasi data para siswa.