Keuangan Syariah Berkelanjutan: Solusi Ekonomi Hijau Global

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Industri keuangan syariah memiliki peran strategis dalam mendukung pembangunan berkelanjutan dan mengatasi tantangan lingkungan global. Islamic Finance Campaigner & Advisor Ummah for Earth Alliance, Tariq Al Olaimy,...

Keuangan Syariah Berkelanjutan: Solusi Ekonomi Hijau Global

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Industri memiliki peran strategis dalam mendukung pembangunan berkelanjutan dan mengatasi tantangan lingkungan global. Islamic Finance Campaigner & Advisor Ummah for Earth Alliance, Tariq Al Olaimy, menegaskan bahwa prinsip-prinsip keuangan Islam dapat menjadi solusi dalam menghadapi dan menciptakan ekonomi hijau.

"Keuangan Islam bukan hanya tentang keuntungan, tetapi juga tentang tanggung jawab sosial dan lingkungan. Kita perlu memastikan bahwa investasi kita tidak hanya halal, tetapi juga baik bagi bumi dan masa depan umat manusia," ujar Olaimy dalam Sustainable Islamic Economic Summit, Beyond Halal The Thayyib Economy for Sustainable Livelihood yang diikuti secara daring, Kamis (13/2/2025).

Salah satu instrumen utama dalam berkelanjutan adalah sukuk hijau. Instrumen ini digunakan untuk membiayai proyek-proyek ramah lingkungan, seperti energi terbarukan dan infrastruktur berkelanjutan. Indonesia menjadi negara pertama yang menerbitkan sukuk hijau global pada Maret 2018 dengan nilai 1,25 miliar dolar AS atau setara Rp 19,6 triliun.

Pada 2022, Indonesia kembali menerbitkan sukuk hijau global senilai 1,5 miliar dolar AS atau setara Rp 23,5 triliun dengan tenor 10 tahun dan tingkat kupon 4,70 persen. Penerbitan ini menarik minat investor global, dengan alokasi 34 persen dari Asia, 27 persen dari Eropa, 25 persen dari AS, dan 6 persen dari Indonesia sendiri.

Dana dari sukuk hijau ini pun digunakan untuk proyek-proyek seperti pengembangan energi terbarukan, termasuk pembangkit listrik tenaga surya di daerah terpencil. Kemudian, peningkatan infrastruktur transportasi berkelanjutan, seperti jalur kereta api Sulawesi yang dapat mengurangi emisi CO₂ hingga 242.689 ton per tahun. Selain itu juga digunakan untuk mitigasi banjir dan pengelolaan air untuk mendukung ketahanan iklim.

Dengan semakin meningkatnya kesadaran global terhadap perubahan iklim, keuangan syariah memiliki potensi besar dalam mengisi kesenjangan pendanaan hijau. Olaimy menekankan bahwa keuangan syariah tidak hanya tentang menghindari yang haram, tetapi juga tentang berinvestasi pada hal-hal yang membawa keberkahan dan manfaat bagi semua.

Untuk memperkuat peran keuangan syariah dalam mendukung ekonomi hijau, diperlukan langkah-langkah strategis seperti meningkatkan keterlibatan aktif dalam sektor energi terbarukan dan mendorong investasi hijau berbasis syariah. Selain itu, penting untuk mengembangkan kerangka keberlanjutan yang sesuai dengan prinsip syariah dalam pembiayaan energi terbarukan, mengingat 90 persen pelanggan menunjukkan minat terhadap produk perbankan berkelanjutan.  

Inovasi dalam produk energi terbarukan, seperti green sukuk dan pembiayaan proyek berkelanjutan, juga perlu dikembangkan. Saat ini, pasar ESG sukuk telah mencapai Rp148,5 triliun pada paruh pertama 2024, menunjukkan potensi besar di sektor ini. Untuk memastikan efektivitasnya, kapasitas tim dalam menilai proyek energi terbarukan harus ditingkatkan, termasuk memperdalam pemahaman dewan syariah mengenai aspek lingkungan.  

Selain itu, pemerintah dan lembaga keuangan diharapkan menetapkan target pembiayaan energi terbarukan yang sejalan dengan komitmen iklim nasional. Kolaborasi dengan berbagai inisiatif keuangan berkelanjutan juga menjadi langkah penting dalam mempercepat transisi menuju ekonomi yang lebih inklusif dan ramah lingkungan.