MTI optimistis cakra presisi mampu bina perilaku berkendara
nya, semuanya bisa memperbaiki sistem perilaku masyarakat, dendanya ke mana," kata dia. Baca juga: Surat tilang ...
perlu ada kajian untuk memastikan waktu yang dibutuhkan pengendara dapat patuh pada aturan berlalu lintas
Jakarta (ANTARA) - Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) optimistis implementasi sistem digital atau cakra presisi mampu membenahi perilaku berkendara dan bertransportasi masyarakat sehingga bisa tercipta ketertiban di jalan raya seperti yang diterapkan di negara-negara Eropa."Sebagai contoh ETLE (Electronic Traffic Law Enforcement) atau sistem tilang elektronik berbasis teknologi. Misalnya tujuh dari 10 teman Anda pernah kena ETLE dalam waktu yang berdekatan maka semua orang yang kena itu akan berubah," ujar Ketua Umum MTI Tory Damantoro kepada ANTARA di Jakarta, Jumat.Tory mengatakan perlu ada kajian untuk memastikan waktu yang dibutuhkan pengendara dapat patuh pada aturan berlalu lintas. Namun, berkaca pada kasus moda raya terpadu (MRT), perubahan perilaku masyarakat dalam menggunakan transportasi umum mulai dari antre dan menerapkan tiket elektronik dapat terlihat bahkan kurang dari enam bulan.
Baca juga: "(Soal perilaku berkendara) Harus ada kajian. Kita pakai contoh MRT, kurang dari enam bulan perubahan sudah ada. Karena memang lingkungan dibuat sedemikian rupa, lalu ada edukasi, semua orang tahu ada sistem," kata dia.Selain terkait perilaku berlalu lintas, Tory juga membahas terkait perlunya ada kejelasan tentang pengalokasian denda dan kelembagaan yang mengurusi sistem tilang digital."Jakarta sudah harus memikirkan kelembagaannya, jadi ETLE kelembagaannya nanti seperti apa. Agar tata kelola, pembiayaannya, revenue (pendapatan)-nya, semuanya bisa memperbaiki sistem perilaku masyarakat, dendanya ke mana," kata dia.
Baca juga: Sementara itu, Direktorat Lalu Lintas Polda Metro Jaya resmi mengimplementasikan sistem tilang atau cakra presisi sejak Senin (20/1). Sistem ini menggantikan metode tilang manual serta dikatakan menjadi upaya mewujudkan penegakan hukum yang lebih modern dan efisien.Sistem cakra presisi terintegrasi dengan kamera ETLE yang terpasang di berbagai lokasi untuk mendeteksi pelanggaran lalu lintas secara otomatis.Ketika pengendara melanggar aturan lalu lintas dan terdeteksi oleh kamera ETLE, sistem cakra presisi secara otomatis mengirimkan notifikasi pelanggaran melalui pesan WhatsApp kepada pemilik kendaraan.Setelah menerima notifikasi, pelanggar harus melakukan klarifikasi melalui situs resmi yang disediakan. Selain WhatsApp, pesan elektronik seperti SMS atau email juga digunakan sebagai saluran komunikasi untuk mengingatkan pelanggar tentang tindakan yang perlu dilakukan, seperti klarifikasi atau pembayaran denda.
Baca juga: Jika pelanggar tidak melakukan klarifikasi
dalam batas waktu yang telah ditentukan, nomor polisi kendaraan
akan diblokir.Inovasi cakra presisi diharapkan dapat
meningkatkan transparansi dalam penegakan hukum lalu lintas.
Dengan sistem berbasis digital, proses tilang menjadi lebih
akurat, cepat, dan tidak melibatkan interaksi langsung antara
petugas dan pelanggar."Kalau sistemnya sudah ada, lalu semuanya
jelas, semua pemangku kepentingannya tahu peran masing-masing
dan tidak ada yang mempunyai kewenangan tapi tidak
concerned terhadap keselamatan atau budaya
berkendaraan, saya rasa bisa berjalan. Harusnya perilaku
berkendara jadi lebih baik," demikian catat Tory.
Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Ganet Dirgantara
Copyright © ANTARA 2025