Negosiator Afrika Bahas Keadilan Iklim di Kenya

REPUBLIKA.CO.ID, NAIROBI -- Lebih dari 70 negosiator iklim Afrika berkumpul di Nairobi, Kenya, Selasa (11/2/2025). Pertemuan ini bertujuan untuk mempromosikan keadilan iklim di benua itu. Pertemuan khusus para negosiator yang tergabung...

Negosiator Afrika Bahas Keadilan Iklim di Kenya

REPUBLIKA.CO.ID, NAIROBI -- Lebih dari 70 negosiator iklim berkumpul di Nairobi, Kenya, Selasa (11/2/2025). Pertemuan ini bertujuan untuk mempromosikan di benua itu.

Pertemuan khusus para negosiator yang tergabung dalam African Group of Negotiators on Climate Change ini juga dihadiri 35 delegasi. Mereka membahas persatuan posisi negara-negara Afrika pada keuangan, adaptasi, dan kerugian akibat perubahan iklim.

Utusan Khusus bidang Iklim Kenya dan Ketua African Group of Negotiators on Climate Change, Ali Mohammed mengatakan, pertemuan ini digelar di saat yang sangat penting bagi agenda iklim Afrika. Sebab, mereka akan meninjau hasil Pertemuan PBB (COP29) di Baku, Azerbaijan pada November 2024.

"Kami juga menyusun strategi untuk Committee of the African Heads of State and Government on Climate Change (CAHOSCC) yang akan digelar pada akhir bulan ini," kata Mohamed seperti dikutip dari CGTN, Rabu (12/2/2025).

CAHOSCC merupakan komite yang dibentuk Uni Afrika untuk menangani isu-isu perubahan iklim di benua itu. CAHOSCC memainkan peran penting dalam mengoordinasikan respons Afrika terhadap perubahan iklim, memastikan benua ini memiliki suara yang kuat dalam negosiasi internasional, dan mempromosikan kebijakan yang mendukung keberlanjutan dan ketahanan iklim.

Direktur Direktorat Ekonomi Biru dan Lingkungan Berkelanjutan Uni Afrika Harsen Nyambe mengatakan, Afrika tidak bisa menjadi peserta pasif dalam diplomasi iklim. Afrika, katanya, harus proaktif, strategis dan bersatu untuk mendorong agenda iklim yang melindungi benua itu sebagai pemimpin ekonomi hijau.

Nyambe mengatakan upaya Afrika untuk mencapai keadilan iklim termasuk mendukung operasionalisasi Loss and Damage Fund, meningkatkan investasi di bidang energi terbarukan, dan memperkuat strategi adaptasi iklim yang digerakkan oleh masyarakat.

Loss and Damage Fund merupakan mekanisme keuangan yang dirancang untuk membantu negara-negara yang paling rentan terhadap dampak perubahan iklim, terutama negara-negara berkembang dan pulau kecil yang terancam bencana iklim.

Nyambe mengatakan negara-negara Afrika diharapkan dapat menerima dana iklim yang memadai jika mekanisme pendanaan iklim global direformasi.