Pegawai eFishery Buka Suara: Tidak Semua Karyawan Curang
Manajemen eFishery diduga memalsukan laporan keuangan dari merugi menjadi untung. Di tengah isu ini, pegawai unicorn perikanan itu buka suara.
Manajemen diduga memalsukan laporan keuangan dari merugi menjadi untung. Di tengah isu ini, pegawai unicorn perikanan itu buka suara.
“Berita yang beredar sekarang sangat merugikan kami sebagai karyawan dan alumni. Dalam jangka panjang, juga merugikan seluruh penggiat teknologi di Indonesia,’ kata Product Manager eFishery Elsa Vinietta melalui akun LinkedIn, Rabu (22/1).
Katadata.co.id sudah mendapatkan izin dari Elsa untuk memberitakan unggahannya.
“Khususnya saya ingin mengomentari framing yang dibuat publik yaitu seluruh eFishery fraud atau curang. Semua yang dilakukan, semua produk yang dihasilkan, semua aktivitas, semua karyawan, semuanya,” Elsa menambahkan.
Ia menyayangkan sentimen negatif yang terbentuk dari berita yang beredar terus digulirkan oleh netizen dengan tujuan masing-masing.
Elsa pun mengklarifikasi terkait dua hal yang masih termasuk dalam ranah kerjanya, yakni:
- Teknologi eFishery baik pemberi pakan berbasis Internet of Things alias IoT yakni eFeeder, water sensors, satellite imaging dan chatbot yang berbasis kecerdasan buatan alias AI, layanan budidaya hingga aplikasi untuk konsultasi para pembudidaya ikan, seluruhnya nyata.
“Produk-produk ini bekerja. Bukan barang demo atau prototype, terlepas ada yang menilai bagus atau tidak,” kata dia. “Ada pembudidaya yang benar-benar memakai dan kami berani membuktikannya.”
Ia menyadari produk eFishery khususnya yang berfokus pada teknologi, belum sempurna. Selain itu, unicorn ini menghadapi tantangan dari sisi adopsi pembudidaya maupun nelayan.
Para karyawan eFishery terus mengusahakan untuk meningkatkan kualitas produk. Ia mencatat hasilnya terus meningkat setiap tahun.
- Tidak semua pekerja eFishery tahu adanya kecurangan maupun melakukan kecurangan.
“Saya tidak tahu berapa (nilainya), tetapi secara subjektif common sense pasti lebih banyak yang tidak melakukan,” ujar Elsa.
“Tim kami melapor kepada atasan dengan dashboard yang dibuat dan divalidasi tim data beda atasan, datanya otomatis dari sistem. Jadi hasil kerja kami generated otomatis real time apa adanya. Masalah uang, kebanyakan tim malah tidak bersentuhan dengan transaksi,” Elsa menambahkan.
Oleh karena itu, ia merasa perlu memberikan klarifikasi terkait dugaan fraud yang dilakukan oleh oknum eFishery. “Selain untuk membela reputasi diri dan tim sebagai profesional, ini supaya tidak mematikan harapan inisiatif apapun yang terkait teknologi dan modernisasi di Indonesia,” katanya.
Ia memahami integritas merupakan hal utama, dan eFishery gagal dalam hal ini. Namun pendekatan perusahaan kepada para pembudidaya dalam menawarkan adopsi teknologi, dinilai bisa menjadi pelajaran.
“Saya yakin masih banyak karyawan eFishery yang berintegritas, kompeten, dan mereka akan dengan senang hati mau membagi kompetensi, pembelajaran, dan hal-hal baik lain selama di eFishery,” ujar dia.
Sumber Bloomberg dan Straits Times mengatakan investigasi dimulai setelah seorang pelapor mendekati salah satu anggota dewan. Whistleblower ini menyatakan laporan keuangan tidak akurat.
Berikut dugaan penggelapan dana eFishery, berdasarkan bocoran rancangan laporan setebal 52 halaman yang diedarkan di antara investor dan ditinjau oleh Bloomberg News:
- eFishery menyampaikan kepada investor bahwa perusahaan untung US$ 16 juta atau Rp 261,3 miliar dan meraup pendapatan US$ 752 juta atau Rp 12,3 triliun selama Januari – September 2024. Padahal sebenarnya eFishery merugi US$ 35,4 juta atau Rp 578 miliar. Pendapatan startup perikanan ini diperkirakan US$ 157 juta atau Rp 2,6 triliun.
- Secara keseluruhan, pembukuan internal menunjukkan kerugian yang dipertahankan eFishery sekitar US$ 152 juta atau selama Januari - November 2024. Total aset perusahaan US$ 220 juta, termasuk US$ 63 juta dalam bentuk piutang dan US$ 98 juta berupa investasi.
- Selain itu, eFishery melaporkan jumlah mitra pembudidaya ikan lebih dari 400 ribu. Namun ternyata hanya 24 ribu.
"Manajemen telah menggelembungkan pendapatan hampir US$ 600 juta dalam sembilan bulan per September 2024" demikian isi laporan itu dikutip dari Straits Times, Rabu (22/1). Jika benar, maka lebih dari 75% dari angka yang dilaporkan adalah palsu, menurut laporan tersebut.
“Manajemen juga menggelembungkan angka pendapatan dan laba untuk beberapa tahun sebelumnya,” demikian dikutip.
Katadata.co.id mengonfirmasi hal itu kepada manajemen eFishery. Akan tetapi, mereka tidak bisa memberikan tanggapan.
Katadata.co.id juga sudah mengonfirmasi kepada tim komunikasi eFishery melalui email. Namun belum juga ada tanggapan.
Begitu juga dengan CEO eFishery non-aktif Gibran Huzaifah yang belum memberikan respons atas permintaan konfirmasi melalui WhatsApp.