Pemerintah Didorong Sediakan Insentif untuk Perumahan Ramah Lingkungan

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah didorong untuk memberikan insentif kepada pengembang maupun konsumen agar pembangunan rumah ramah lingkungan semakin masif. Chief Executive Officer (CEO) Indonesia Property Watch Ali Tranghanda mengatakan, insentif...

Pemerintah Didorong Sediakan Insentif untuk Perumahan Ramah Lingkungan

Petugas keamanan melintas di lokasi Pilot Project Rumah Rendah Emisi di Perumahan Mutiara Gading City, Bekasi, Kamis (29/8/2024). BTN berkomitmen mendukung pembiayaan 150.000 unit rumah dengan 30 persen penggunaan komponen ramah lingkungan yang ditargetkan bakal tercapai pada 2029. Pada pilot project rumah rendah emisi, BTN menggunakan material ramah lingkungan berupa floor decking yang mengandung 3,6 kilogram (kg) sampah plastik dan paving block yang mengandung 2 kg sampah plastik per 1 meter persegi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah didorong untuk memberikan insentif kepada pengembang maupun konsumen agar pembangunan semakin masif. Chief Executive Officer (CEO) Indonesia Property Watch Ali Tranghanda mengatakan, insentif ini perlu sebagai upaya meningkatkan pembiayaan properti ramah lingkungan (sustainability housing).

Selain itu, ia menyarankan skema khusus berupa insentif pajak khusus untuk pembiayaan hijau, sebagai upaya untuk meningkatkan pengembangan properti ramah lingkungan. “Skema dengan tax incentive khusus green financing. Harus ada insentif bagi pengembang maupun konsumen,” ujar Ali di Jakarta, Selasa (4/2/2025).

Ia menyampaikan bahwa dampak positif pengembangan properti ramah lingkungan yaitu akan membuat polusi menjadi lebih rendah, serta kelestarian ekosistem lingkungan menjadi lebih terjaga. Sementara itu, lanjutnya, dampak negatifnya yaitu diperlukannya biaya tambahan untuk merealisasikan properti ramah lingkungan tersebut.

Dalam kesempatan ini, Ia menjelaskan bahwa sektor perumahan arahnya akan ke sustainability housing, meskipun saat ini masih didominasi oleh segmen ekonomi menengah atas karena biaya yang lebih tinggi dibandingkan regular housing. “Termasuk pemakaian material, sampai pengelolaan sampah lingkungan umumnya bisa naik 10 sampai 20 persen dari harga rumah,” ujar Ali.

Di sisi lain, menurut dia, untuk segmen ekonomi menengah bawah belum banyak yang memperhatikan sustainability housing, karena fokusnya masih memiliki rumah secara fisik tanpa harus membeli lebih mahal.

Konsultan properti Knight Frank melaporkan bahwa penjualan properti ramah lingkungan meningkat dalam dua tahun terakhir, yang dianggap memiliki nilai investasi jangka panjang lebih baik karena dapat mengurangi biaya operasional, seperti penggunaan listrik dan air.

Knight Frank mencatat lebih dari 60 persen generasi milenial memilih rumah berdasarkan faktor keberlanjutan, yang mencerminkan pergeseran besar dalam preferensi pasar dibandingkan dengan dekade sebelumnya.

Kepala Badan Pengembangan Kawasan Properti Terpadu (BPKPT) Kadin Indonesia Budiarsa Sastrawinata mengatakan bahwa pembiayaan hijau di sektor properti merupakan salah satu cara untuk mendukung pengembangan properti yang ramah lingkungan dan berkelanjutan.

“Selain sumber pembiayaan hijau, perlu dicari juga skema khusus yang memang cocok dan bisa diaplikasikan di sektor properti di Indonesia,” ujar Budiarsa.

 

sumber : Antara