Perawatan pasien kusta perlu libatkan kolaborasi lintas sektor

Dokter Spesialis Dermatologi, Venerologi, dan Estetika, Subspesialisasi Dermatologi Tropis RSCM Kencana, Prof. Dr. dr. ...

Perawatan pasien kusta perlu libatkan kolaborasi lintas sektor

Jakarta (ANTARA) - Dokter Spesialis Dermatologi, Venerologi, dan Estetika, Subspesialisasi Dermatologi Tropis RSCM Kencana, Prof. Dr. dr. Sri Linuwih Menaldi Sp.D.V.E Subsp. D.T, mengatakan upaya dalam eliminasi kusta perlu kolaborasi dari lintas sektor demi memperbaiki kualitas hidup pasien.

“Kalau kita sebut sebagai kolaborasi dalam penanganan kusta, memang kusta tidak bisa diselesaikan oleh satu sektor kesehatan saja, karena di kusta itu yang sakit bukan hanya fisik, tetapi secara mental, secara psikologis juga ikut sakit,” katanya dalam diskusi kesehatan tentang kusta secara daring, Kamis.

Ia mengatakan penyakit kusta yang disebabkan oleh infeksi bakteri ini bisa berpengaruh pada kualitas hidup keseharian pasien penyandang kusta. Secara medis, kusta yang menyebabkan kelainan pada kulit bisa disembuhkan dengan berobat teratur. Namun kusta juga bisa berdampak pada komplikasi lainnya antara lain disabilitas.

Meskipun pengobatan telah diselesaikan, gejala sisa bisa ada pada penyandang kusta seperti kecacatan tangan, kaki yang harus diamputasi, ataupun kelopak mata yang tidak cukup dari satu dokter.

Baca juga:

Baca juga:

“Di medis sendiri yang ikut bergabung di sini, yang ikut menangani bukan hanya dokter kulit, tetapi juga dokter saraf, dokter mata karena kelainannya juga mengenai mata, kemudian dokter bedah tulang ortopedi, dan dokter rehabilitasi medis, karena itu untuk menjaga aktivitas ekstremitasnya, kesehariannya, disesuaikan dengan handicap-nya, itu baru bidang medis,” kata Sri.

Ia mengatakan penyakit kusta harus menjadi perhatian bersama karena penyakit ini memiliki beban besar negara dengan prevalensi penyakit kusta Indonesia ketiga terbanyak di dunia.

Selain pemerintah, sektor lainnya seperti lembaga non profit juga berperan untuk menyebarkan kampanye dan membantu komunitas sesama penderita kusta agar lebih berdaya dan berperan untuk mendeteksi penyakit kusta di lingkungan sekitarnya.

“Bagaimana mereka itu membuat suatu komunitas penyandang kusta bersama-sama mendapatkan pelatihan keterampilan yang terkait dengan handicap-nya. Tetapi lebih lagi, mereka itu bisa memacu para penyandang kusta ini aktif untuk mencari kasus yang baru,” kata Sri.

Baca juga:

Baca juga:

Pewarta: Fitra Ashari
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2025