PKG sasar 200 juta penduduk RI yang tak pernah skrining

Kementerian Kesehatan mengatakan, program Pemeriksaan Kesehatan Gratis (PKG) menyasar sekitar 200 juta orang yang tidak ...

PKG sasar 200 juta penduduk RI yang tak pernah skrining
Kenapa ini dilakukan? Karena sehat itu jauh lebih murah daripada sakit

Jakarta (ANTARA) - Kementerian Kesehatan mengatakan, program Pemeriksaan Kesehatan Gratis (PKG) menyasar sekitar 200 juta orang yang tidak pernah melakukan skrining kesehatan apapun sebelumnya, dengan harapan sekitar 100 juta orang mendapatkan skrining di tahun pertama program.

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin di Jakarta Rabu, menyoroti banyaknya orang yang tidak pernah skrining sebelumnya, misalnya 62,6 persen penduduk di atas 20 tahun tidak pernah periksa gula darah, 61,6 persen penduduk tidak pernah cek kolesterol, dan 32,6 persen orang tidak pernah cek tekanan darah.

"Kenapa ini dilakukan? Karena sehat itu jauh lebih murah daripada sakit," kata Budi.

Dia pun mengatakan bahwa pemeriksaan kesehatan gratis adalah program nasional dengan jangkauan terbesar, karena diperuntukkan bagi sekitar 280 juta orang. Sedangkan program lain seperti yang berkaitan dengan stunting hanya mencakup 25 juta, dan imunisasi dasar lengkap untuk sekitar 50-60 juta penduduk.

Ada tiga jenis cek kesehatan gratis, katanya, dan satu sudah berjalan sejak dulu yakni pemeriksaan gratis khusus misalnya untuk balita, yang mencakup cek gizi, tinggi dan berat anak, serta untuk ibu hamil.

Kemudian adalah skrining kesehatan gratis saat ulang tahun bagi penduduk usia di bawah 6 tahun serta 18 tahun ke atas, yang akan dilaksanakan di puskesmas dan klinik yang bekerja sama dengan BPJS.

Bagi yang melewatkan kesempatan skrining gratis pada saat ulang tahunnya, kata Budi, masih bisa mendapatkan skrining gratis dalam kurun sebulan setelahnya.

Budi melanjutkan, untuk anak sekolah, yakni 7-17 tahun, pihaknya memberikan skrining gratis pada saat mereka masuk sekolah di tahun ajaran baru.

Adapun untuk tatalaksana penyakit setelah skrining, perlu kepesertaan BPJS Kesehatan. Dia mencontohkan, jika setelah skrining ditemukan bahwa orang itu diabetesnya masih ringan, hal itu masih dapat ditangani puskesmas dengan obat gratis.

"Tapi kalau diabetesnya udah parah, dia kan masih ke rumah sakit. Nah dia harus punya BPJS. Kalau dia nggak punya BPJS, dia bayar sendiri," katanya.

Adapun untuk sosialisasinya agar sampai di berbagai lapisan masyarakat, Budi mengatakan bahwa pihaknya memanfaatkan media sosial melalui konten-konten lucu yang sedang tren, karena banyaknya penduduk yang mengakses konten semacam itu di gawai pintarnya.

Selain itu, dia menambahkan, pihaknya juga menggandeng organisasi masyarakat, misalnya Muslimah NU dan 'Aisyiyah, sebagai upaya mempromosikan secara mulut ke mulut.

Menurutnya, Kemenkes butuh ibu-ibu sebagai promotor, karena mereka yang paling peduli kesehatan keluarga.

Pewarta: Mecca Yumna Ning Prisie
Editor: M. Tohamaksun
Copyright © ANTARA 2025