PLN Sebut Cadangan Daya Listrik Cukup untuk Electrifying Agriculture: Dukung Ketahanan Pangan

PLN siap memberikan listrik sehingga dalam pertanian bisa lebih efisien hingga 50 persen.

PLN Sebut Cadangan Daya Listrik Cukup untuk Electrifying Agriculture: Dukung Ketahanan Pangan

TEMPO.CO, Solo - PT (Persero) memastikan seluruh pasokan daya sistem kelistrikan aman dengan cadangan daya yang lebih dari cukup untuk mendukung Program Ketahanan melalui Electrifying Agriculture. Hingga Desember 2024, jumlahel pelanggan Electrifying Agriculture mencapai 300.000 pelanggan dengan daya terpasang 4.200 MVA dan pemakaian listrik -6,2 TWh. 

Executive Vice President Retail Product Development PT PLN (Persero), Ririn Rochmawardini memaparkan itu saat menjadi salah satu pemateri dalam kegiatan Outlook Economy 2025 yang diadakan di Kota Solo, Jawa Tengah, Rabu, 5 Februari 2025.

Baca berita dengan sedikit iklan,

slot-iklan-300x600

"Saat ini PLN memiliki berbagai program mendukung ketahanan pangan, salah satunya electrifying agriculture untuk menciptakan demand dengan memberikan efisiensi bagi masyakarat, khususnya di bidang agriculture. Misalnya dalam kegiatan pengairan, kebutuhan listrik di peternakan ayam dan lainnya," ujar dia. 

Menurutnya, PLN siap memberikan listrik sehingga dalam pertanian bisa lebih efisien hingga 50 persen.

"Menjadikan program ini sebagai solusi atas energi murah dan ramah lingkungan untuk para petani dan peternak demi mewujudkan kemandirian pangan nasional," katanya.

Program lainnya, lanjut dia, PLN juga mendukung program potensi electric water pump di seluruh Indonesia. Pada tahun 2024, untuk sektor ini PLN telah mengalirkan listrik untuk sebanyak 84.300 pelanggan dengan total kapasitas 327 MVA. Lalu di terdapat potensi pompa irigasi data Kementan 16.295 pelanggan dengan total kapasitas 116 MVA.

Adapun untuk para pelaku usaha penggilingan padi, Ririn mengatakan ada program elektrifikasi penggilingan padi yang semula menggunakan diesel beralih ke listrik PLN. 

"Untuk program ini sudah dilayani sampai dengan Desember 2024 sebesar 4.426 pelanggan dengan total kapasitas 613 MVA, dan rencana untuk tahun 2025 terdapat potensi sebesar 119 pelanggan dengan kapasitas sekitar 11 MVA," katanya. 

Lebih lanjut ia menyebut PLN memiliki peran strategis dalam mendorong pertumbuhan ekonomi secara umum. "Kami memastikan suplai listrik yang reliable dalam mendukung berbagai aktivitas industri, bisnis, dan rumah tangga dalam meningkatkan produktivitas dan daya saing," ucap dia.

Di sisi lain, Outlook Economy 2025 itu mengangkat tema Ketahanan Pangan dan Energi Kunci Stabilitas Ekonomi Nasional. Ekonom Segara Institute, Piter Abdullah yang juga menjadi pemateri dalam acara itu menilai swasembada pangan dan swasembada energi penting dalam ketahanan nasional. Menurutnya, Indonesia memiliki potensi besar untuk mewujudkan swasembada di dua sektor tersebut. 

"Hanya, butuh komitmen kuat, serta penanganan yang tepat dan holistik untuk mewujudkannya," ujar Piter. 

Lebih lanjut dia mengatakan saat ini pemerintah tengah berupaya untuk lebih menguatkan konsep ketahanan terkait pangan dan energi. Ia menilai hal itu penting untuk lebih mengoptimalkan potensi yang dimiliki Indonesia.

Ia mengatakan jika bicara swasembada pangan dan energi, nuansa yang dibangun oleh Presiden Prabowo Subianto tampaknya adalah lebih pada konsep ketahanan yang selama ini relatif ditinggalkan.

"Kami lupa bahwa bagaimanapun membangun bangsa dan negara, tapi ketika tidak memiliki swasembada pangan dan energi makan ada aspek ketahanan nasional yang kita lewati,” tuturnya. 

Menurutnya, tidak mungkin sebuah negara yang besar akan terus tergantung pada negara lain untuk urusan pangan dan energi. Sementara potensi yang dimilikinya mestinya bisa mencukupi semua kebutuhannya. Untuk masalah pangan misalnya, Indonesia memiliki potensi alam, termasuk lahan yang sangat mendukung. Bahkan untuk padi saja bisa ditanam tiga kali dalam setahun. Akan jauh beda kondisinya dengan di Jepang atau negara lain. 

“Kami memang selalu mengusung tema swasembada pangan, tapi untuk mewujudkannya tampaknya tidak pernah sungguh-sungguh. Tidak pernah menciptakan kebijakan holistik untuk mendorong untuk meningkatkan produksi pertanian. Persoalan pokok tidak pernah diselesaikan secara tuntas,” kata dia. 

Dia mengatakan selama ini persoalan yang kerap muncul di sektor pertanian adalah semakin menurunnya jumlah lahan karena berubah fungsi, maupun menurunya jumlah petani terlebih untuk usia muda. Menurutnya, persoalan-persoalan itu muncul dari persolan pokok yakni masalah insentif ekonomi di sektor pertanian.

“Hal yang harus kita lakukan adalah membangun perspektif positif. Di balik masalah ini kita ada peluang. Kalau petani keuntungannya tinggi, tidak perlu didorong-dorong, petani akan meningkatkan produksinya. Akan banyak yang tertarik dengan pertanian. Swasembada pangan akan meningkat,” kata dia. 

Begitu juga dengan potensi di sektor energi. Dengan kondisi alamnya, Indonesia bisa dikatakan memiliki hampir semua sumber energi. Mulai dari energi panas bumi, gas bumi, minyak bumi, batu bara, angin, dan sebagainya. Hal yang menurutnya perlu ditekankan adalah bagaimana potensi tersebut dapat dikelola secara optimal. Bahkan menurutnya dengan pengelolaan yang baik, mungkin Indonesia bukann hanya menjadi negara yang bisa swasembada energi, Indonesia juga bisa ekspor energi. 

“Perlu upaya holistik, di mana kerangka kebijakan nasional yang kemudian mengerucut pada kerangka kebijakan terkait energi. Sebab tidak mungkin kerangka kebijakan energi ini berdiri sendiri. Harus dipayungi oleh kerangka kebijakan nasional,” katanya.

Pilihan Editor: