Produksi Batu Bara RI Cetak Rekor, tapi Pertumbuhan Bauran EBT Sangat Lambat
Pertumbuhan energi baru terbarukan atau EBT Indonesia sangat lambat, sementara produksi batu bara terus melonjak.
![Produksi Batu Bara RI Cetak Rekor, tapi Pertumbuhan Bauran EBT Sangat Lambat](https://cdn1.katadata.co.id/media/images/thumb/2025/01/22/2025_01_22-15_32_00_c43b5d31-d8a6-11ef-b6d4-ff48b6e30e4b_960x640_thumb.jpg)
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), mencatat produksi batubara Indonesia melebihi target yang ditetapkan pada tahun 2024. Capaian tersebut berbanding terbalik dengan pertumbuhan bauran energi yang jauh target yang telah ditetapkan.
Menteri ESDM, Bahlil Lahadalia, mengatakan produksi batubara Indonesia mencapai 836 juta ton atau 117% dari target yang ditetapkan sebesar 710 juta ton pada tahun 2024. Ini merupakan rekor baru dalam produksi batu bara Indonesia.
Ia mengatakan, sebanyak 550 juta ton batubara Indonesia telah di ekspor ke beberapa negara, sedangkan untuk kebutuhan dalam negeri atau pemenuhan domestic market obligation (DMO) sebesar 233 juta ton dan 48 juta ton sisanya adalah stok.
“Yang benar-benar di pasar batubara itu kurang lebih sekitar 1.250-1,5 miliar ton. Kita menyuplai kurang lebih sekitar 555 juta ton. Itu sama dengan 30-35 persen dari konsumsi dunia,” ujar Bahlil dalam konfrensi pers dikutip, Selasa (11/2).
Dia mengatakan, pemerintah telah menyetujui target produksi batu bara tahun 2025 sebesar 735 juta ton, sesuai dengan Rencana Kerja dan Anggaran Biaya (RKAB) 2025.
Pertumbuhan Bauran EBT Berjalan Lamban
Lonjakan pertumbuhan produksi batubara di Indonesia tidak diiringi dengan peningkatan bauran energi yang ditargetkan untuk mencapai net zero emission (NZE) pada tahun 2060.
Berdasarkan data Kementerian ESDM, kapasitas pembangkit listrik di Indonesia sampai dengan tahun 2024 mencapai 101,1 Gigawatt (GW). Kapasitas terpasang tersebut yang terdiri dari 86 GW pembangkit fosil dan 15,1 GW atau 15%. Artinya, bauran EBT masih sekitar 15%.
“Fosil ini termasuk batubara, gas dan BBM 85% yang energi baru terbarukan sebear 15%,” ujar Bahlil.
Bauran EBT tersebut masih jauh dari target sebesar 23 persen pada 2025. "Kalau target 2025 itu defisit sekitar 8.ooo megawatt," ujarnya.
Adapun jika dilihat dari persebaranya, Sumatera menjadi wilayah dengan bauran EBT terbesar di Indonesia sebesar 33% atau sebesar 6,2 GW pembangkit EBT terpasang.
Selanjutnya, Sulawesi menjadi wilayah kedua yang memiliki bauran EBT terbesar yaitu sebesar 20% atau 2,5 GW pembangkit EBT terpasang, disusul oleh Kalimantan dengan bauran sebesar 14% atau 0,8 GW pembangkit terpasang.
Sedangkan dua pulau yang memiliki bauran EBT terkecil adalah Jawa dengan porsi 10 % dan kapasitas pembangkit EBT terpasang sebesar 5,3 GW, dan Papua dengan persentase bauran EBT sebesar 3% atau dengan kapasitas pembangkit terpasang sebesar 0,3 GW.