Profil CEO Canva Melanie Perkins, Pernah Ditolak Investor Ratusan Kali

Cerita CEO Canva Melanie Perkins ysng pernah ditolak ratusan kali oleh investor.

Profil CEO Canva Melanie Perkins, Pernah Ditolak Investor Ratusan Kali

kini memiliki lebih dari 170 juta pengguna di 190 negara. Padahal pendirinya yakni pernah ditolak ratusan kali oleh investor saat membangun perusahaan.

Melanie Perkins mendirikan Canva pada 2013, yang berbasis di Sydney, Australia. Saat ini, 85% perusahaan Fortune 500 menggunakan Canva dalam operasional.

Melanie Perkins lahir di Perth, Australia Barat, pada 1988. Ia berasal dari keluarga multikultural. Ayahnya adalah insinyur asal Malaysia keturunan Filipina dan Sri Lanka, sementara ibunya kelahiran Australia dan bekerja sebagai guru.

Perkins memiliki kekayaan bersih US$ 5,8 miliar, berdasarkan data Forbes. Australian Financial Review yang menyoroti orang-orang muda terkaya di Australia menempatkan Melanie Perkins di peringkat ke-17 dalam daftar Young Rich List 2018.

Melansir dari laman Linkedin, Melanie Perkins merupakan lulusan dari University of Western Australia dengan jurusan periklanan. Ia lulus pada 2005, kemudian melanjutkan studi khusus Inovasi Periklanan di universitas yang sama pada 2009. 

Melanie Perkins mulai tertarik dengan desain sejak kuliah di University of Western Australia. Saat itu, ia menyadari perangkat lunak atau software desain yang ada terlalu rumit dan sulit digunakan oleh banyak orang.

Ia mendapatkan ide untuk menciptakan alat desain yang lebih sederhana dan mudah diakses, berdasarkan cerita dalam unggahan blog pribadi. 

Perkins bersama Cliff Obrecht, yang kini menjadi suaminya, mendirikan Fusion Books pada 2007. Ini merupakan platform yang memungkinkan siswa membuat dan mencetak buku tahunan sekolah.

Perkins dan Obrecht menyadari ide mereka bisa berkembang lebih jauh, tetapi mereka membutuhkan investasi.

Dikutip dari Economic Times, Perkins memulai dengan mengumpulkan modal ventura. Namun prosesnya bahkan lebih sulit.

Ia mendapatkan investor pertama setelah lebih dari seratus penolakan dan banyak perjalanan sia-sia ke Silicon Valley. Butuh waktu lebih dari tiga tahun bagi Perkins dan Obrecht untuk memperoleh investasi pertama dari Cameron Adams, engineer Google yang kemudian bergabung sebagai co-founder.

Setahun kemudian atau pada 2013, Canva diluncurkan. Misi perusahaan ini mempermudah siapa saja membuat desain berkualitas tinggi.

Mereka mengembangkan platform berbasis cloud atau komputasi awan dengan antarmuka yang intuitif dan mudah digunakan oleh siapa saja, bahkan tanpa pengalaman desain.

Canva mencapai valuasi lebih dari US$ 1 miliar pada 2018, setelah mendapatkan pendanaan US$ 40 juta. Perusahaan kemudian meluncurkan sejumlah produk baru setelah itu.

Kini Canva mendukung lebih dari 17.000 organisasi nirlaba di seluruh dunia dengan akses gratis ke produk premium.

Perkins juga memberikan 30% saham dalam bisnisnya kepada badan amal yang bekerja untuk menghilangkan kemiskinan. Nilainya setara US$ 12.

"Sangat sedikit perusahaan di zaman sekarang yang mewakili nilai-nilai moral yang kuat. Canva adalah salah satunya, berkat visi Melanie," tulis pengusaha sekaligus Dewan Penasihat Harvard Martin Roll dikutip dari Economic Times pada 2022.

Canva dilaporkan telah membantu dalam menciptakan 3,5 miliar desain di 190 negara dengan lebih dari 60 juta pengguna aktif.