Resmikan 37 Proyek Listrik, PLN Komitmen Perkuat Ketenagalistrikan

PT PLN (Persero) mendukung peresmian 37 proyek yang diketenagalistrikan oleh Presiden Prabowo Subianto, meliputi pembangkit, transmisi, dan gardu induk dengan total kapasitas 3.222, 75 MW

Resmikan 37 Proyek Listrik, PLN Komitmen Perkuat Ketenagalistrikan

PT PLN (Persero) menegaskan komitmen mendukung target pertumbuhan ekonomi 8 persen melalui pembangunan infrastruktur ketenagalistrikan.

Sebanyak 37 proyek ketenagalistrikan yang mencakup pembangkit listrik, jaringan transmisi, dan gardu induk diresmikan pada Senin (20/1) di Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Jatigede, Sumedang, Jawa Barat.

Proyek ini memiliki kapasitas total 3.222,75 Megawatt (MW) dan nilai investasi Rp72 triliun, menjadikannya peresmian proyek ketenagalistrikan terbesar di dunia. Dengan kapasitas sebesar ini, aliran listrik akan memasok kebutuhan industri, kawasan pembangunan baru, dan wilayah terpencil.

Presiden Prabowo Subianto dalam peresmian proyek itu mengatakan, pasokan listrik dari pembangkit-pembangkit listrik bisa diartikan bahwa Indonesia telah siap menjadi negara industri. Dia juga meyakini ketersediaan pasokan listrik yang andal, bersih, dan terjangkau akan membuat industri bisa berkembang pesat, sehingga membantu pengentasan kemiskinan.

"Kita ingin menjadi negara modern, negara maju. Kita ingin meningkatkan kesejahteraan bangsa Indonesia. Kita ingin menghilangkan kemiskinan dari bumi Indonesia. Untuk itu kita butuh untuk menjadi negara industri," ujar Prabowo melalui keterangan tertulis, Rabu (22/1).

Prabowo kembali menegaskan bahwa Indonesia memulai puluhan proyek-proyek besar tahun ini juga dengan kekuatan bangsa Indonesia sendiri. Presiden Prabowo optimistis target 8 persen akan tercapai melalui percepatan industrialisasi dan hilirisasi.

“Bangsa kita harus melakukan transformasi ke arah hilirisasi, ke arah industrialisasi secara besar-besaran. Kita akan mulai puluhan proyek-proyek besar tahun ini juga dengan kekuatan bangsa Indonesia sendiri,” tutur Prabowo.

Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengatakan PLN bersiap melaksanakan rencana usaha yang disusun oleh Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM). Menurut dia, PLN memastikan penguatan organisasi dan kapasitas sumber daya manusia (SDM) untuk implementasi yang efektif.

“Kami membangun kapasitas organisasi yang lincah serta memperluas kolaborasi nasional dan multinasional. PLN sebagai pengelola sektor kelistrikan nasional kini lebih kuat secara finansial dan operasional,” ujar Darmawan.

Beberapa pembangkit seperti PLTA Jatigede 110 Megawatt (MW), PLTA Asahan 3 174 MW, dan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) IKN 50 Megawatt Alternating Current (MWac) akan menjadi tulang punggung kelistrikan di wilayah masing-masing. Hal ini tentunya akan mendorong peningkatan investasi, pembukaan lapangan kerja baru, dan tumbuhnya kegiatan ekonomi masyarakat.

Sementara, 11 proyek transmisi dan gardu induk yang telah beroperasi akan langsung memperkuat keandalan pasokan listrik dan mendukung percepatan industrialisasi dan hilirisasi. Salah satunya adalah Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) 150 kilovolt (kV) GI Kolaka - PT Antam Pomala sepanjang 36,96 kilometer sirkuit (kms) dan GI 150 kV Kolaka Ext yang menyuplai listrik ke industri pengolahan nikel.

Sementara itu, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia mengatakan, pengembangan infrastruktur ketenagalistrikan secara masif adalah kunci kesiapan pertumbuhan ekonomi 8 persen. Peresmian proyek ketenagalistrikan ini menjadi langkah nyata Pemerintah untuk mencapai target tersebut.

"Dari 37 proyek tersebut, nilai investasinya Rp72 triliun. (Ini) dalam rangka menerjemahkan kebijakan Bapak Presiden untuk kita menyiapkan infrastruktur listrik, mencapai pertumbuhan ekonomi kita di sekitar 8%," ujar Bahlil.

Selain itu, guna mencapai target 8 persen, Kementerian ESDM telah menyiapkan rancangan pembangunan infrastruktur ketenagalistrikan yang tertuang dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) ke depan.

Bahlil juga mengatakan pentingnya membangun transmisi untuk menyalurkan listrik dari pembangkit-pembangkit EBT ke pusat-pusat permintaan. Ini dilakukan supaya konsumsi listrik per kapita melompat menjadi 6.000 sampai 6.400 kWh per kapita per tahun.

"Kita memang punya kekayaan sumber daya alam untuk pembangkit listrik tenaga matahari, air, angin, maupun yang lain-lain. Tapi problem kita sekarang adalah jaringan yang dulu dipasang tidak didesain untuk menjemput tempat-tempat di mana kita membangun pembangkit EBT. Karena itu kita mendorong untuk membangun jaringan ke depan, kurang lebih sekitar 8.000 kilometer," imbuhnya.