TikTok diduga blokir kata "Free Palestine" di kolom komentar
Aplikasi sosial media TikTok dikabarkan telah memblokir kata "Free Palestine" untuk disebutkan pada kolom ...
Jakarta (ANTARA) - Aplikasi sosial media TikTok dikabarkan telah memblokir kata "Free Palestine" untuk disebutkan pada kolom komen aplikasi mereka.
Insiden ini terjadi setelah TikTok sempat mengalami gangguan akses di Amerika Serikat, yang kemudian dilanjutkan dengan pemulihan layanan.
Setelah hal itu terjadi, beberapa pengguna mulai memperhatikan bahwa platform tersebut tidak mengizinkan mereka untuk menuliskan frasa "Free Palestine" di kolom komentar.
Beberapa pengguna TikTok membagikan tangkapan layar di platform lain seperti X (Twitter) dan Bluesky, yang menunjukkan pesan kesalahan yang mereka terima setelah mencoba menuliskan kalimat tersebut.
Baca juga:
Ketika dicoba oleh beberapa jurnalis, ditemukan bahwa pada beberapa akun, komentar "Free Palestine" dapat dituliskan dengan lancar, sementara pada akun lainnya, komentar tersebut langsung dihapus dan pengguna menerima pemberitahuan bahwa mereka telah melanggar Pedoman Komunitas TikTok.
Namun, hal yang menarik adalah pada akun yang komentarnya dihapus, pengguna masih dapat memposting video dengan keterangan "Free Palestine" tanpa masalah.
Juru bicara TikTok menyatakan bahwa kebijakan dan algoritma platform tidak mengalami perubahan selama akhir pekan, dan mereka sedang berupaya untuk mengembalikan operasionalnya di Amerika Serikat ke kondisi normal. Mereka mengakui adanya "instabilitas sementara" selama pemulihan layanan, yang dapat mempengaruhi beberapa fitur atau akses.
Baca juga:
Juru bicara juga menegaskan bahwa TikTok tidak memiliki kebijakan yang melarang pengguna untuk mengucapkan "Free Palestine" dan mengarahkan mereka ke halaman pedoman komunitas, laporan transparansi, dan pendekatan moderasi platform.
Ini bukan pertama kalinya muncul laporan tentang pembatasan konten pro-Palestina di platform media sosial. Pada Oktober 2023, 48 organisasi, termasuk 7amleh, Pusat Arab untuk Kemajuan Media Sosial, yang mengadvokasi hak-hak digital masyarakat sipil Palestina dan Arab, mengeluarkan pernyataan yang mendesak perusahaan teknologi untuk menghormati hak-hak digital Palestina selama perang yang sedang berlangsung.
Pernyataan tersebut menyatakan keprihatinan tentang sensor yang signifikan dan tidak proporsional terhadap suara-suara Palestina melalui penghapusan konten dan penyembunyian tagar, di antara pelanggaran lainnya. Pembatasan terhadap aktivis, masyarakat sipil, dan pembela hak asasi manusia ini, menurut pernyataan tersebut, merupakan ancaman serius terhadap kebebasan berekspresi dan akses informasi, kebebasan berkumpul, dan partisipasi politik.
Insiden ini menambah daftar panjang kontroversi seputar moderasi konten dan kebijakan platform media sosial.
Sebelumnya, telah terjadi beberapa kasus serupa, seperti fitur "terjemahkan" di Instagram yang secara otomatis memasukkan kata "teroris" pada bio yang berisi informasi tentang Palestina, hingga platform AI Gemini milik Google yang menolak menjawab pertanyaan tentang Palestina.
Baca juga:
Para pengguna online kini tengah mendiskusikan penanganan konten pro-Palestina oleh TikTok, terutama laporan pemblokiran komentar "Free Palestine".
Beberapa pengguna di Reddit juga turut membagikan tangkapan layar pemberitahuan dari TikTok yang menyatakan bahwa komentar mereka telah dihapus karena melanggar pedoman komunitas, meskipun komentar tersebut hanya berisi frasa "Free Palestine".
Banyak pengguna lain juga melaporkan mengalami hal serupa, dengan sebagian besar komentar "Free Palestine" mereka secara otomatis dihapus oleh sistem.
Muncul spekulasi bahwa pemblokiran ini terkait dengan lobi dari kelompok-kelompok pro-Israel, mengingat tingginya jumlah konten pro-Palestina di aplikasi tersebut.
Namun, perlu diingat bahwa belum ada bukti konkret yang menunjukkan bahwa TikTok telah memberlakukan larangan khusus terhadap komentar "Free Palestine", dan platform tersebut sendiri belum memberikan pernyataan resmi terkait persoalan ini.
Baca juga:
Baca juga:
Pewarta: Raihan Fadilah
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2025