Benarkah Minum Jus Bikin Percernaan Sehat? Ini Fakta Sebaliknya Menurut Penelitian

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Juice cleanse atau detoksifikasi tubuh dengan minum jus belakangan ini sedang tren di kalangan masyarakat. Mereka yang mencoba tren ini biasanya diharuskan hanya mengonsumsi jus tanpa asupan...

Benarkah Minum Jus Bikin Percernaan Sehat? Ini Fakta Sebaliknya Menurut Penelitian

Jus buah (ilustrasi). Menurut penelitian, cleanse atau detoksifikasi tubuh dengan minum jus memiliki dampak tak terduga pada triliunan bakteri baik yang hidup di mulut dan usus kita.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Juice cleanse atau dengan minum belakangan ini sedang tren di kalangan masyarakat. Mereka yang mencoba tren ini biasanya diharuskan hanya mengonsumsi jus tanpa asupan makanan padat selama periode tertentu, dan diklaim bisa membuat pencernaan sehat.

Namun penelitian terbaru menunjukkan bahwa tren ini mungkin memiliki dampak tak terduga pada triliunan bakteri baik yang hidup di mulut dan usus kita. Peneliti dari Northwestern University melakukan studi tentang bagaimana berbagai jenis diet berbasis jus memengaruhi mikrobioma –komunitas mikroorganisme yang berperan penting bagi kesehatan kita.

Hasil penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal Nutrients mengungkapkan juice cleanse dapat dengan cepat mengubah mikrobioma dan perubahan ini bisa jadi mengkhawatirkan. Salah satu masalah utama dari tren ini adalah proses pembuatan jus yang dapat menghilangkan sebagian besar serat tidak larut dari buah dan sayuran. Padahal, serat sangat penting bagi bakteri baik dalam usus. Selain itu, konsumsi jus dalam jumlah besar dengan sedikit serat bisa menyebabkan ketidakseimbangan mikrobioma yang berpotensi menyebabkan gangguan kesehatan usus dan peradangan.

"Kebanyakan orang menganggap jus sebagai cara sehat untuk membersihkan tubuh, tapi studi ini memberikan perspektif berbeda,” kata penulis studi, dr Melinda Ring, seperti dilansir laman Studi Finds, Kamis (6/2/2025).

Untuk menyelidiki efek ini, para peneliti merekrut 14 orang dewasa sehat berusia antara 18-35 tahun. Lalu mereka secara acak dibagi menjadi tiga kelompok dengan pola makan berbeda selama tiga hari: hanya mengonsumsi jus, kombinasi jus dengan makanan biasa, serta mengonsumsi makanan berbasis tumbuhan atau nabati.

Para ilmuwan mengumpulkan sampel dari air liur bagian dalam pipi dan tinja dari peserta untuk melacak perubahan dalam komunitas bakteri mereka. Hasilnya cukup mengejutkan, dengan peserta yang hanya mengonsumsi jus mengalami peningkatan bakteri terkait dengan peradangan dan penurunan bakteri baik yang menjaga kesehatan mulut.

Tidak hanya itu, praktik memicu peningkatan Proteobacteria yaitu kelompok mikroba yang dalam jumlah berlebih sering dikaitkan dengan peradangan. Peserta yang menjalani diet berbasis jus juga mengalami peningkatan spesies bakteri yang berkaitan dengan peningkatan permeabilitas usus (sering disebut sebagai usus bocor) dan peradangan.

Jadi, meskipun membuat jus mungkin tampak seperti pilihan sehat, mungkin lebih baik untuk mengonsumsi buah dan sayur dalam bentuk utuh. Serat yang terbuang selama pembuatan juicing ternyata memainkan peran penting dalam menjaga komunitas bakteri yang sehat di seluruh sistem pencernaan.