Brasil Usulkan Keragaman Sebagai Kriteria Investasi Keberlanjutan

REPUBLIKA.CO.ID, BRASILIA -- Tuan rumah Pertemuan Perubahan Iklim PBB (COP30) Brasil berencana mengusulkan keragaman sosial masuk dalam kriteria investasi berkelanjutan global. Usulan ini akan tetap dimasukkan di tengah menguatnya perlawanan terhadap...

Brasil Usulkan Keragaman Sebagai Kriteria Investasi Keberlanjutan

Masyarakat adat Munduruku memprotes pembangunan proyek kereta api di Amazon, di kantor Kementerian Transportasi di Brasilia, Brasil, Senin (29/7/2024).

REPUBLIKA.CO.ID, BRASILIA -- Tuan rumah Pertemuan Perubahan Iklim PBB (COP30) Brasil berencana mengusulkan masuk dalam kriteria global. Usulan ini akan tetap dimasukkan di tengah menguatnya perlawanan terhadap tujuan-tujuan keragaman.

Wakil sekretaris untuk pembangunan ekonomi berkelanjutan di Kementerian Keuangan Brasil, Cristina Reis mengatakan, Pemerintah sudah memasukkan sebagai standar nasional untuk mengklasifikasikan investasi sebagai berkelanjutan. Presiden Luiz Inacio Lula da Silva berupaya memposisikan Brasil sebagai tujuan investasi berkelanjutan.

Brasil baru saja meluncurkan pasar karbon baru dan menerbitkan obligasi ramah lingkungan. Reis mengatakan Brasil tidak gentar meski sejumlah pihak menilai kembalinya Donald Trump berkuasa akan melemahkan ambisi iklim Brasil dan kerja sama internasional dalam mengurangi gas rumah kaca di pada November mendatang.  

“Penyelarasan internasional ini menghadapi kemunduran dari waktu ke waktu dan di berbagai wilayah, namun mengikuti arah yang saya yakini akan terus berlanjut, karena kita menghadapi tantangan yang tidak dapat disangkal dan mengancam kehidupan: perubahan iklim,” ujarnya, Kamis (6/2/2025).

Reis mengatakan Brasil memprioritaskan pengembangan “taksonomi” investasi berkelanjutan nasional tahun ini. Ia menambahkan Brasil mengusulkan agar beberapa elemen, termasuk standar berbasis keanekaragaman, untuk diadopsi global pada COP30 sebagai bagian dari "supertaxonomy."

Ia mengatakan menggunakan kriteria keragaman kedalam investasi keberlanjutan akan sangat memungkinkan secara teknis dan metode bagi sebagian besar negara.

Pada hari-hari pertamanya menjabat, Trump menarik AS keluar dari Perjanjian Paris, perjanjian internasional yang bertujuan untuk mengekang pemanasan global. Ia juga mencabut kebijakan keragaman, kesetaraan, dan inklusi (DEI) di angkatan kerja pemerintah federal. Perusahaan-perusahaan besar AS, termasuk Google, Meta, dan Amazon dari Alphabet, juga membatalkan inisiatif DEI mereka. 

sumber : Reuters