Cerita Romlah, Sopir Truk Perempuan yang Ikut Demo di Tanjung Priok: Masalah Sudah Parah

Salah satu penyebab panjangnya waktu kerja sopir truk kontainer karena lamanya antrean bongkar muat di Pelabuhan Tanjung Priok.

Cerita Romlah, Sopir Truk Perempuan yang Ikut Demo di Tanjung Priok: Masalah Sudah Parah

TEMPO.CO, Jakarta - Romlah, perempuan berusia 31 tahun asal Jakarta, berprofesi sebagai pengemudi truk kontainer. Dia adalah salah seorang dari ratusan yang mengikuti aksi demonstrasi di , Jakarta Utara untuk menuntut perbaikan tata kelola pelabuhan oleh PT Pelabuhan Indonesia atau Pelindo.

Romlah mulai mengemudikan truk sejak 2019. Awalnya, dia mengikuti suaminya yang berprofesi sebagai sopir truk . Dia kemudian ikut membantu menjadi sopir untuk membantu biaya hidup keluarganya.

Ia menuturkan ikut protes bersama para sopir lainnya karena masalah yang mereka hadapi sudah parah. Di antaranya kemacetan karena antrean bongkar muat, pengenaan biaya masuk bagi truk kontainer di Pelabuhan Tanjung Priok, hingga pemalakan oleh preman-preman. "Kami harus ikut berpartisipasi, karena sudah meresahkan banget," kata dia saat mengikuti aksi pada Selasa, 11 Februari 2025.

Ia mengatakan pendapatannya sebagai sopir truk masih tidak pasti. Dia hanya mengantongi sebagian dari uang jalan yang diberikan pemilik truk untuk setiap pengantaran kontainer. Dari uang jalan yang diberikan, dia harus membeli bensin, membayar gerbang tol, hingga menanggung biaya-biaya lainnya.

Ia hanya mendapatkan Rp 50-100 ribu untuk setiap perjalanan mengantar kontainer. Dia berujar pekerjaan mengantar kontainer juga belum tentu ada setiap hari.

Jumlah tersebut masih dipotong oleh para preman yang beraksi di sekitar pelabuhan. "Kalau saya enggak ngasih, pintu digebrak-gebrak, ada yang ditodong, ada yang dicuri handphone-nya," ucap perempuan yang memiliki satu anak itu.

Ia juga memprotes biaya masuk pelabuhan yang dikenakan ke truk-truk kontainer. Dia menyebut sopir yang membawa kontainer ke pelabuhan harus membayar biaya saat melewati gerbang masuk.

Biaya tersebut mengurangi pendapatan yang bisa didapat sopir. "Uang jalan kami sudah mepet, di-pressure (ditekan) sama yang punya mobil. Giliran masuk pelabuhan, disuruh bayar Rp17 ribu, masuk kawasan Rp10 ribu. Belum nanti pungli-pungli. Kami sisa apa? Mau makan pakai apa kami?"

Ia mengatakan pendapatannya sudah pas-pasan dengan jam kerja yang panjang. Menurut dia, seorang sopir bisa bekerja dari pagi hingga pagi hari berikutnya untuk mengantarkan kontainer dari atau ke pelabuhan. Salah satu penyebab panjangnya jam kerja tersebut adalah lamanya antrean bongkar muat di pelabuhan.

Ia menyampaikan kondisi kerjanya sebagai pengemudi truk saat ini tidak ideal untuk menghidupi anaknya. "Pengaruh banget ke anak, kami juga bingung buat ke dapur bagaimana untuk menyisihkan. Sedangkan buat makan aja kami ngepas, kalau sendiri cukuplah, tapi ini ada tanggungan," ujar dia.

Para sopir menggelar aksi hari ini di tiga titik. Ketiganya adalah pintu New Priok Container Terminal One (NPCT1), Polres Jakarta Utara, dan Pelindo Tower. Mereka melakukan aksi longmars sejauh lima kilometer untuk demonstrasi hari ini. Koordinator Keluarga Besar Sopir Indonesia (KBSI) Nuratmo mengklaim aksi hari ini diikuti sekitar 500-an orang.

Para sopir menuntut penyelesaian sejumlah masalah di Pelabuhan Tanjung Priok. Di antaranya soal perbaikan sistem operasi pelabuhan agar tidak terjadi antrean mengular, penghapusan biaya masuk pelabuhan atau gate pass, pemberantasan pungutan liar oleh preman, hingga perbaikan fasilitas di pelabuhan.

Sementara itu, PT Pelindo mengklaim siap menindaklanjuti aspirasi para sopir truk kontainer soal kondisi operasional di Pelabuhan Tanjung Priok. "Pelindo terbuka menerima aspirasi kawan-kawan pengemudi truk kontainer. Kami juga akan mengordinasikan aspirasi tersebut dengan pemangku kepentingan terkait di pelabuhan, untuk menemukan solusi bersama," kata Executive General Manager Pelindo Regional 2 Tanjung Priok Adi Sugiri melalui keterangan tertulis pada Selasa, 11 Februari 2025.

Adi mengatakan salah satu penyebab kepadatan antrean di Pelabuhan Tanjung Priok adalah karena meningkatnya arus bongkar muat. "Kami memohon maaf apabila dalam pelayanan kepada para sopir masih terdapat kekurangan, ini akan menjadi momentum untuk melakukan evaluasi dan perbaikan pelayanan khususnya dari sisi pelayanan receiving/delivery," ucap dia.