IHSG Rontok di Tengah Ketidakpastian Global, Ini Strategi BEI

Indeks Harga Saham Gabungan atau IHSG makin tak bertenaga. Pada penutupan perdagangan saham sesi pertama Jumat (7/2) anjlok 2, 20% atau 151, 11 poin ke level 6.724.

IHSG Rontok di Tengah Ketidakpastian Global, Ini Strategi BEI

Indeks Harga Saham Gabungan atau IHSG makin tak bertenaga. Pada penutupan perdagangan saham sesi pertama Jumat (7/2) anjlok 2,20% atau 151,11 poin ke level 6.724.

Pada perdagangan sebelumnya, Kamis (6/2) IHSG merosot 2,12% ke level 6.875. Situasi ini membuat IHSG berada di titik terendah sejak 31 Januari lalu.

Menilik pergerakannya, IHSG terperosok 5,19% dalam seminggu terakhir dan terkoreksi 4,84% dalam sebulan terakhir. Tak hanya itu, dalam tiga bulan terakhir juga anjlok 11,39% dan secara year to date (ytd) melemah 4,80%.

Menanggapi situasi tersebut, Bursa Efek Indonesia (BEI) membeberkan pengaruh ketidakpastian global terhadap pasar keuangan di Indonesia. Direktur Pengembangan BEI, Jeffrey Hendrik, mengatakan salah satu pemicunya adalah kebijakan tarif perdagangan yang diberlakukan Amerika Serikat terhadap Cina, serta dinamika ekonomi dengan negara lain seperti Kanada dan Meksiko. Kebijakan yang sempat diumumkan tetapi kemudian ditunda justru memperburuk ketidakpastian di pasar global.

“Dampaknya tidak hanya terasa di negara-negara besar, tetapi juga mempengaruhi stabilitas ekonomi di Indonesia,” kata Jeffrey kepada wartawan, dikutip Jumat (7/2).

Jeffrey juga memaparkan ketidakpastian di pasar global berdampak pada nilai tukar mata uang, kebijakan perdagangan, dan rantai pasok dunia. Perubahan kondisi ekonomi tersebut menciptakan tantangan bagi pelaku bisnis di Indonesia. Ia menilai investor perlu lebih berhati-hati dalam mengambil keputusan investasi, terutama karena fluktuasi pasar keuangan domestik berpotensi meningkat.

“Analisis terhadap kebijakan pemerintah, reaksi negara lain, serta tren historis dapat menjadi panduan dalam mengambil keputusan investasi yang lebih matang,” ujar Jeffrey.

Strategi BEI di Tengah Ketidakpastian Pasar Global

Demi membantu investor menghadapi ketidakpastian pasar, BEI memperkenalkan sejumlah instrumen keuangan baru. Jeffrey menyebut bahwa salah satu produk yang akan segera diluncurkan adalah short selling dan intraday short selling.

Ia menilai kedua instrumen tersebut diharapkan dapat memberikan lebih banyak pilihan strategi bagi investor, terutama dalam menghadapi volatilitas pasar dalam jangka pendek.

Saat ini, BEI masih dalam tahap finalisasi izin bagi anggota bursa yang akan menyediakan layanan short selling. Peluncuran instrumen ini ditargetkan dalam waktu dekat, kemungkinan pada Maret atau awal kuartal kedua tahun ini.

“Dengan adanya strategi baru ini, investor diharapkan dapat lebih optimal dalam mengelola portofolio mereka di tengah kondisi pasar yang dinamis dan penuh tantangan,” pungkas Jeffrey.

Short selling adalah transaksi penjualan efek yang tidak dimiliki oleh penjual saat transaksi dilakukan. Strategi ini memanfaatkan kondisi pasar yang sedang turun (bearish) untuk menjual efek di harga tinggi dan membelinya kembali di harga yang lebih rendah.

Transaksi ini memiliki risiko tinggi sehingga lebih cocok dilakukan oleh investor yang sudah berpengalaman. Terdapat sejumlah syarat bagi investor untuk melakukan transaksi IDSS. Investor harus membuka akun short selling pada sekuritas yang telah memiliki lisensi sebagai Anggota Bursa (AB) short selling dan investor perlu menyiapkan dana Rp 50 juta.