Jared Kushner, Sosok di Balik Rencana Trump untuk Ambil Alih Gaza

Jared Kushner pernah mengatakan bahwa Israel seharus memindahkan warga sipil dari Gaza ke gurun Negev di Israel selatan.

Jared Kushner, Sosok di Balik Rencana Trump untuk Ambil Alih Gaza

TEMPO.CO, Jakarta - Pada Selasa, 4 Februari 2025, dalam sebuah konferensi pers bersama dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, Presdien Donald mengumumkan bahwa AS akan mengambil alih dan mengelola , yang kemungkinan akan berlangsung selama beberapa waktu ke depan, Middle East Eye melaporkan.

Jika rencana Trump berhasil, menantunya, , mungkin akan dapat mengembangkan hotel-hotel tepi pantai di Gaza yang ia gembar-gemborkan tahun lalu.

Baca berita dengan sedikit iklan,

slot-iklan-300x600

Kushner, menantu Presiden terpilih Donald Trump, dikabarkan telah menggandakan kepemilikan sahamnya di sebuah perusahaan keuangan Israel yang akan mendapatkan keuntungan dari perluasan permukiman Israel di Palestina – beberapa jam sebelum pengumuman kesepakatan gencatan senjata Gaza, pada Rabu, 15 Januari 2025.

Al Mayadeen melansir, di tengah meredanya perang Israel di Gaza, mantan penasihat Trump di Timur Tengah dapat mengambil keuntungan dari perluasan permukiman di wilayah Palestina yang diduduki, yang ilegal di bawah hukum internasional dan memicu kekerasan terhadap di Tepi Barat dan Yerusalem Timur.

Beberapa jam setelah gencatan senjata diumumkan, Trump mengungkapkan bahwa pemerintahannya akan membatalkan sanksi yang dijatuhkan oleh pemerintahan Biden terhadap yang melakukan kekerasan. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) melaporkan bahwa para pemukim berada di balik lebih dari 1.000 serangan terhadap warga Palestina pada tahun lalu, yang menandai tingkat kekerasan pemukim Israel tertinggi yang pernah tercatat.

Selain itu, regulator Israel menyetujui kesepakatan yang memberi Kushner hampir 10 persen kepemilikan di Phoenix Financial Ltd, sebuah perusahaan keuangan dan asuransi besar Israel, menjadikannya pemegang saham terbesar perusahaan tersebut.

Affinity Partners, perusahaan ekuitas swasta milik Kushner yang didanai oleh investasi senilai $2 miliar dari dana kekayaan negara Arab Saudi dan menjadi subjek beberapa penyelidikan Senat, awalnya berinvestasi di Phoenix Financial pada Juli, dengan mengakuisisi 4,95 persen saham. Pada saat itu, Affinity berencana untuk menggandakan sahamnya jika regulator menyetujui, dan hal itu telah dilakukan minggu ini.

Kushner mengatakan kepada Bloomberg News, "Berinvestasi di Phoenix pada Juli 2024 adalah keputusan yang berakar pada keyakinan saya pada ketahanan Israel dan fundamental bisnis Phoenix," dan menambahkan, "Enam bulan kemudian, peningkatan nilai saham kami menegaskan kembali keyakinan saya - baik pada kekuatan Israel maupun pada janji Phoenix yang terus berkembang."

Siapa Jared Kushner?

Jared Kushner adalah suami Ivanka Trump. Pada 2021, Kushner meluncurkan perusahaan investasi senilai $3 miliar, Affinity Partners, yang sebagian besar didukung oleh investor luar negeri, termasuk kontribusi substansial dari dana kekayaan negara Teluk.

Kushner lahir pada 10 Januari 1981, di Livingston, New Jersey. Ia satu dari empat anak Charles Kushner, seorang miliarder pengembang real estat yang juga merupakan pendukung keuangan utama Partai Demokrat dan berbagai badan amal. Adik laki-lakinya adalah pengusaha dan investor Joshua Kushner. Ia seorang lulusan Harvard.

Ketika ayahnya dipenjara di tengah skandal keuangan dan politik, Kushner mengambil alih bisnis keluarga dan juga terjun ke dunia penerbitan dengan membeli The New York Observer. Pada tahun 2009, ia menikahi Ivanka Trump, putri dari maestro real estat lainnya, Donald Trump. Kushner menjabat sebagai penasihat politik dekat Trump selama kampanye kepresidenan 2016 dan masa transisinya ke Gedung Putih. Ia diangkat menjadi penasihat senior presiden pada Januari 2017.

Kontroversi

Dilansir The Guardian, Jared Kushner telah memuji potensi "sangat berharga" dari "properti tepi pantai" Gaza dan menyarankan Israel untuk memindahkan warga sipil sementara mereka "membersihkan" jalur tersebut.

Mantan pengusaha properti itu menyampaikan komentar tersebut dalam sebuah wawancara di Universitas Harvard pada 15 Februari 2024. Wawancara tersebut diposting di saluran YouTube Middle East Initiative, sebuah program dari Kennedy School of Government di Harvard, awal November lalu.

Kushner adalah penasihat kebijakan luar negeri senior di bawah kepresidenan Trump dan ditugaskan untuk menyiapkan rencana perdamaian untuk Timur Tengah. Para pengkritik rencana tersebut, yang melibatkan Israel untuk mencapai kesepakatan normalisasi dengan negara-negara Teluk, mengatakan bahwa rencana tersebut mengabaikan pertanyaan-pertanyaan mengenai masa depan Palestina.

"Properti tepi pantai Gaza bisa menjadi sangat berharga... jika orang-orang fokus membangun mata pencaharian," kata Kushner kepada pewawancaranya, ketua fakultas Inisiatif Timur Tengah, Prof Tarek Masoud, seperti dikutip The Guardian.

Kushner juga menyesalkan "semua uang" yang telah dihabiskan untuk jaringan terowongan dan amunisi di wilayah tersebut, bukan untuk pendidikan dan inovasi.

"Situasi di sana sedikit tidak menguntungkan, namun dari sudut pandang Israel, saya akan melakukan yang terbaik untuk memindahkan orang-orang dan kemudian membersihkannya," kata Kushner. "Namun saya tidak berpikir bahwa Israel telah menyatakan bahwa mereka tidak ingin orang-orangnya kembali ke sana setelah itu."

Masoud menjawab bahwa ada "banyak hal yang perlu dibicarakan di sana".

Kushner juga mengatakan bahwa menurutnya Israel harus memindahkan warga sipil dari Gaza ke gurun Negev di Israel selatan.

Dia mengatakan bahwa jika dia memimpin Israel, prioritas utamanya adalah mengeluarkan warga sipil dari kota Rafah di bagian selatan, dan bahwa "dengan diplomasi", mereka dapat dipindahkan ke Mesir.

"Namun selain itu, saya akan membuldozer sesuatu di Negev, saya akan mencoba memindahkan orang-orang ke sana," katanya. "Saya pikir itu adalah pilihan yang lebih baik, sehingga Anda bisa masuk dan menyelesaikan pekerjaan."

Menanggapi pertanyaan tentang apakah Palestina harus memiliki negara sendiri, Kushner menggambarkan proposal tersebut sebagai "ide yang sangat buruk" yang "pada dasarnya akan memberi imbalan pada tindakan teror".

Pilihan Editor: