Kelainan Refraksi dan Katarak Dominasi Penyakit Mata di Lamongan pada 2024

Kelainan Refraksi dan Katarak Dominasi Penyakit Mata di Lamongan pada 2024. ????Eyelink Group meluncurkan Tes Mata Online Melihat #LebihJelas untuk meningkatkan kesadaran kesehatan mata di Lamongan. Kelainan refraksi dan katarak dominan. -- Ikuti kami di ????https://bit.ly/392voLE #beritaviral #jawatimur #viral berita #beritaterkini #terpopuler #news #beritajatim #infojatim #newsupdate #FYI #fyp

Kelainan Refraksi dan Katarak Dominasi Penyakit Mata di Lamongan pada 2024

Lamongan (beritajatim.com) – Gangguan penglihatan, khususnya kelainan refraksi (mata minus, plus, dan silinder) dan katarak, menjadi masalah utama yang dihadapi masyarakat Kabupaten Lamongan sepanjang tahun 2024. Berdasarkan data Eyelink Group, dari 9.153 pasien yang diperiksa, sebanyak 3.270 pasien mengalami kelainan refraksi dan 693 pasien positif katarak.

“Kelainan refraksi dan katarak menjadi dua keluhan yang paling banyak ditemukan di Lamongan,” ujar dr. Badlina Fitrianisa Yulianingrum, Direktur RS Mata KMU Lamongan, Senin (20/1/2025).

Sebagai respons atas tingginya angka kasus gangguan penglihatan, Eyelink Group meluncurkan inovasi berupa Tes Mata Online Melihat #LebihJelas pada usia ke-15 tahun mereka. Tes ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya kesehatan mata.

“Tes mata online ini memudahkan masyarakat untuk mengetahui kondisi mata awal. Jika hasilnya menunjukkan ada gangguan, masyarakat bisa langsung berkonsultasi ke dokter spesialis mata,” jelas dr. Badlina.

Tes mata online yang dapat diakses melalui melihatlebihjelas.id ini memungkinkan masyarakat untuk memeriksa berbagai kondisi, seperti kelainan refraksi, buta warna, dan katarak. Eyelink Group juga menggelar roadshow untuk memperkenalkan layanan ini di sekolah-sekolah dan fasilitas umum.

Tes mata online ini dirancang agar masyarakat dapat melakukan pemeriksaan mata secara mandiri dari mana saja. Meski demikian, dr. Badlina menegaskan bahwa tes ini hanya memberikan gambaran awal kondisi mata dan tidak menggantikan pemeriksaan langsung oleh dokter spesialis.

“Diagnosis tetap harus ditegakkan oleh dokter spesialis mata melalui pemeriksaan langsung. Tes ini hanya membantu masyarakat untuk lebih peduli terhadap kesehatan mata,” tambahnya.

Salah satu pengguna layanan, Fitri Alarqom, seorang penulis asal Lamongan, mengaku sangat terbantu dengan tes mata online ini. Sebagai individu yang sering bekerja dengan komputer dan membaca, Fitri merasa sulit meluangkan waktu untuk pemeriksaan rutin.

“Tes ini sangat membantu mendeteksi dini adanya kelainan mata yang saya alami. Sangat bermanfaat di tengah kesibukan,” kata Fitri.

dr. Badlina menekankan bahwa di era teknologi saat ini, menjaga kesehatan mata menjadi tantangan serius. Kesadaran masyarakat untuk melakukan pemeriksaan rutin sangat penting guna mencegah keluhan mata yang lebih kompleks. [fak/beq]