Literasi, Gadis Cantik yang Tak Kunjung Dipinang

KLIKJATIM.Com | Gresik – Malam itu, hari Sabtu tanggal 16 November 2024 di Sualoka.hub aku merasakan suasana gayeng dan semarak. Di sudut-sudut ruangan sekelompok pengunjung asyik berbincang. Tak seperti biasanya, … The post Literasi, Gadis Cantik yang Tak Kunjung Dipinang appeared first on KlikJatim.com.

Literasi, Gadis Cantik yang Tak Kunjung Dipinang

KLIKJATIM.Com | Gresik – Malam itu, hari Sabtu tanggal 16 November 2024 di Sualoka.hub aku merasakan suasana gayeng dan semarak. Di sudut-sudut ruangan sekelompok pengunjung asyik berbincang.

Tak seperti biasanya, kali ini pengunjung beragam dari berbagai kalangan. Sualoka.hub merupakan kedai minum dan makan yang mengaktivasi bangunan tua berusia lebih dari 120 tahun di kampung legendaris Kemasan.

Gedung tua yang dikonsep oleh Yayasan Gang Sebelah dengan menggabungkan kafe dan ruang komunitas. Tempat ini dirancang sebagai hub bagi lintas komunitas dan menjadi rumah bagi siapa saja yang datang, baik dari lokal maupun dari luar Gresik.

Pengunjung dapat berinteraksi dan berkreativitas serta memperluas jaringan atau berpartisipasi dalam berbagai acara, seperti diskusi, pameran seni, atau workshop.

Sualoka.hub berlokasi di Jl. Nyai Ageng Arem Gg. III No.20, Pekelingan, Gresik.
Hal lain yang terlihat berbeda adalah di atas meja, di antara makanan dan minuman yang telah dipesan, tergeletak beberapa buku. Obrolan yang sampai ke telingaku, banyak cerita tentang isi bacaan yang sedang mereka baca.

Terlebih di ruang dalam kedai beberapa anak muda yang terinisiasi dalam komunitas Book Party tengah berpesta, membaca beberapa buku, di antaranya buku Tinutur hasil tulisan residensi ke Kota Gresik oleh 18 penulis di Indonesia.

Ada gumam, desah, tawa dan bahkan teriakan lantang dalam pembacaan bukunya. Pembacaan selanjutnya disambut oleh pengunjung kafe lainnya.

Komunitas Book Party ini , bergerak di wilayah literasi. Mereka tengah hadir di Sualoka.hub karena bergabung dalam program Yayasan Gang Sebelah yakni Nandur Mundur. Nandur Mundur disadari sebagai titik mula untuk meminang perpustakaan yang terasa berjarak dengan publik dan kesepian. Adanya tak pernah mendapat perhatian, tempat yang “berdebu” karena tak terjamah.

Salah satu upaya menempatkan ruangnya menjadi bagian dari area yang banyak dikunjungi publik. Dan, salah satu area nyaman untuk bersantai, ngobrol sambil membaca buku bertempat di Sualoka,hub. Maka malam ini, perpustakaan bernama Lokalisier dilaunching.

Yayasan Gang Sebelah tidak berhenti hanya menjadikan perpustakaan bagian dari Kedai Sualoka.hub, namun menggandengkan dengan toko yang memproduksi brand-brand lokal Gresik. Menjadi alternatif yang didoakan mampu menarik siapapun untuk merasa perlu datang ke perpustakaan dan toko kecil Lokalisier.

Brand ekonomi kreatif yang diajak bekerja sama bersyarat hanya brand lokal asal Kota Gresik saja. Brand Buffo.stuf memproduksi hand craft serba rajut : tas, gantungan kunci, card holder dan pernak-pernik lainya. Brand Giri dk : aneka Damar Kurung : dompet, canvas, gantungan kunsi sampai baju. Brand Oleh-Oleh dari Gresik berbagai kaos identitas Gresik. Upeksha Brand tas kanvas. Dan Brand Makarumakara :berjualan buku.

Program Nandur Mudur hari ini, diawali dengan mengajak pengunjung untuk jalan-jalan ke Kota Lama, meresmikan perpustakaan dan toko kecil bernama Lokalisier, pembacaan cerpen dari buku hasil Residensi Penulis Indonesia tentang kota Gresik dalam program Tinutur, dan kegiatan puncaknya diskusi publik bersama seorang seniman teater bernama Achmad Zainuri, melalui buku berjudul “Panggung Senyap Bengkel Muda Surabaya”.

Rangkaian kegiatan ini diharapkan mengurangi kesepian gadis cantik yang bernama “literasi” lewat perpustakaan sebagai rumah, buku-bukunya dibaca dan mulai dibahas. Lewat perkawinannya dengan berbagai unsur termasuk merawat komunitas dengan menyediakan Sualoka.hub untuk ruang berkegiatan.

Perpustakaan Lokalisier berusaha diolah dengan standar perpustakaan yang baik, menjadi ruang yang tercium aroma lembaran buku yang nikmat. Karena bagaimanapun di era digital yang serba instan, buku haruslah tetap menjadi prioritas bacaan.

Di setiap lembarnya merupakan riset dari pengetahuan dan pengalaman yang mungkin saja dikumpulkan selama bertahun-tahun hingga informasinya mendalam. Membangun nalar untuk tetap hidup sesuai struktur berpikir yang baik. Kesadaran ini penting untuk terus bertumbuh sampai akhirnya kemudian dipinang menjadi sesuatu yang dianggap penting oleh semua lapisan masyarakat.

Penulis : Dewi Musdalifah, Pembina Yayasan Gang Sebelah.